Episode 20.

176 30 6
                                    

Remang, pengap, lembab dan basah adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan saluran air bawah tanah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Remang, pengap, lembab dan basah adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan saluran air bawah tanah itu. Sunyi senyap, tidak ada suara yang bisa ku dengar kecuali air yang terus bergemericik.

Sesaat setelah melompat turun, air dengan segera membasahi kakiku. Lorong itu digenangi air setinggi mata kaki, di sisi kanan dan kiri terlihat dinding bebatuan keras ditumbuhi lumut dengan persimpangan yang membentuk lorong-lorong baru di setiap kelokan.

“Hei, Ann, mengarah kemana lorong-lorong ini?” Bara bertanya, dia sudah berdiri di sebelahku.

“Aku tidak tahu, tapi yang pasti salah satu lorong akan mengarah ke saluran masuknya air, tempat yang tinggi, sumur misalnya atau kemungkinan terburuknya bisa jadi malah mengarah ke saluran pembuangan.”

BYUR!

Aku menoleh, menatap Raka yang berdiri tepat di sebelahku dengan wajah tanpa dosa. Aku menggeram. Lihatlah, Si Keras Kepala itu membuat bagian bawah pakaianku basah terkena cipratan air.

“Tidak bisakah kamu turun dengan perlahan?” Lihat, pakaian bagus ini jadi basah karena ulahmu.”

Raka menyeringai. “Maaf, Ann, aku tidak sengaja.”

Aku mendengus kesal, lantas mendongak menunjuk akses tempat kami masuk. Raka yang paham dengan maksudku segera menarik besi penutup saluran air. Gelap, hanya sedikit cahaya bulan yang mampu menembus kisi-kisi besi penutup saluran air bawah tanah itu.

“Ayo ikuti aku!”

“Tunggu sebentar, Ann!” Raka merogoh tas punggungnya, lantas mengeluarkan sebuah senter dari dalam sana.

“Kamu bisa memperbaiki senter itu? Bukankah semua komponennya terlempar saat kita sedang bertarung melawan kelelawar kemarin?”

Raka tersenyum lebar. “Tentu saja aku bisa, Ann. Beberapa detik sebelum penduduk desa membawamu ke rumah Kakek Imt, aku sudah lebih dulu memunguti komponen yang berserakan, memasukannya ke dalam ransel. Kabar baiknya, semua komponen itu masih lengkap, jadi aku bisa memperbaiki bagian yang rusak.”

“Bagus sekali.” Aku balas tersenyum. “Kalau begitu, ayo cepat ikuti aku! Kita harus segera mendapatkan peta hitam itu sebelum pesta perjamuan berakhir.”

“Tunggu dulu, Ann!” Raka memegang lenganku yang hendak melangkah.

Aku membalikkan badan menghadap Raka, lantas berseru ketus. “Apalagi?!” Dia hanya menghambatku saja.

“Kita mau pergi kemana?”

“Mengikuti suara air yang bergemericik, besar kemungkinan suara itu akan menuntun kita menemukan jalan masuk yang mengarah ke bagian dalam istana.”

“Bagaimana kamu bisa sangat yakin?” Raka menaikkan dagunya, intonasi suaranya terdengar meremehkan. Dia jadi sangat menyebalkan jika sifat sombongnya sedang keluar.

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang