Episode 19.

163 34 4
                                    

Malam yang tenang mengiringi perjalanan kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam yang tenang mengiringi perjalanan kami. Langit cerah tanpa awan, bintang-bintang yang bertebaran dengan bulan yang bersinar terang sedikit membantu menyinari jalanan hutan yang gelap. Udara dingin menyeruak, menerbangkan anak rambutku yang terlepas dari ikatan.

Sejauh mata memandang, hanya ada bayang-bayang pohon yang terlihat menjulang tinggi tanpa ujung. Aku mendongak, membiarkan wajahku diterpa angin malam.

“Hei, Raka, apa kamu yakin rencanamu ini akan berhasil?” Aku berseru sambil tetap menatap daun-daun pohon yang menutupi langit.

“Tentu saja, aku sangat yakin.”

Aku menurunkan wajahku, berganti menatap Raka. “Tapi, kita tidak diundang Raka, bagaimana jika mereka tahu kita ini penyusup?”

“Apa kamu tidak mendengar perkataan Nenek Ont, heh? Dia sudah memberitahu, Ann, jika kita memakai jubah hitam ini, tidak akan ada penjaga kerajaan yang mencurigai kita. Mereka akan langsung membukakan gerbang, mempersilakan kita masuk tanpa banyak bertanya.”

Raka menatapku, matanya menelisikku dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Kita tidak akan ketahuan jika kamu bisa bersikap lebih anggun sedikit layaknya seorang putri keluarga bangsawan sungguhan.”

Aku melotot. Enak saja dia bilang begitu. Memangnya selama ini aku apa, heh? Tidak anggun? Aku tidak terima dia berkata seperti itu.

Raka melambaikan tangan, tidak peduli.

Bara yang duduk di samping Raka tertawa kecil. “Seharusnya kamu lebih sopan, Raka. Anna adalah seorang keluarga bangsawan. Dia calon putri.”

“Apanya yang putri? Lihatlah, mana ada putri yang suka melotot, berbicara ketus, dan keras kepala seperti dia? Sebenarnya, Anna lebih cocok jika menyamar menjadi nenek sihir daripada seorang putri.”

Hei, apa yang baru saja dia bilang? Nenek sihir? Dia itu—yang semua orang juga setuju—lebih cocok menyamar menjadi badut sirkus daripada pengawal putri bangsawan. Lihatlah, wajahnya tampak konyol memakai pakaian pengawal.  

“Hei, kalian sedang membicarakan apa, sih? Kelihatannya seru sekali.” Ink berteriak dari kursi kemudi, menyela, ingin ikut dalam pembicaraan.

“Kita sedang membicarakan nenek sihir, Ink. Apa kamu mau bergabung?” Raka berkata santai sambil menunjukku.

Anak itu, jika mengikuti kemauan, sudah ku timpuk dia dengan sepatu. Seketika aku menyesal terjebak di dunia antah-berantah ini dengan seseorang yang sangat menyebalkan seperti dia. Lihatlah, dia mengejekku tanpa rasa bersalah.

Ink terkekeh. “Kamu jangan begitu, Raka, nanti jadi suka lho.”

“Tidak mau! Siapa juga yang mau menyukai nenek sihir seperti dia?”

Aku melotot. Dih, lagipula aku juga tidak mau orang keras kepala, sombong, dan suka menghina seperti dia menyukaiku. Dasar geer!

Bara yang daritadi diam, ikut tersenyum tanggung. “Omong-omong, Ink, darimana Kakek Imt bisa mendapatkan semua barang-barang milik keluarga bangsawan ini? Bukankah dia hanya seorang tetua kampung?”

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang