Episode 11.

182 40 8
                                    

Ah, aku berharap bisa mendapatkan lebih banyak komentar dari kalian untuk Anna dan Raka, sebelum kembali bertemu dengan Bara, xoxo~

Langit kelabu, semilir angin berhembus menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamar, membuat udara sekitar terasa dingin menyentuh kulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit kelabu, semilir angin berhembus menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamar, membuat udara sekitar terasa dingin menyentuh kulit. Aku menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku. Hari ini, aku memang berencana tidak masuk sekolah.

Perkataan polisi kemarin benar-benar berhasil merusak mood-ku. Semalaman aku tidak bisa tidur, berguling kesana-kemari, mencoba berkali-kali memejamkan mata, membaca buku, tetap saja tidak mengantuk sama sekali.

Fisikku memang lelah, tapi pikiranku selalu kemana-mana. Setiap kali aku memejamkan mata, bayangan Alya terlintas di kepalaku, itu cukup untuk membuatku kembali terbangun.

“Anna, kamu tidak sekolah?” Mama memasuki kamarku yang tidak terkunci.

“Tidak, Ma. Sepertinya Anna butuh istirahat.” Aku berbisik lirih dengan wajah yang masih tertutup selimut.

Kemarin petang, setelah pulang dari kantor polisi aku memang menceritakan semuanya kepada mama dan papa, termasuk perkataan polisi tentang penutupan penyelidikan kasus hilangnya Alya.

Awalnya aku pikir mereka akan marah mengetahui aku pergi ke kantor polisi, tapi ternyata tidak. Mama tersenyum, mengangguk kemudian mengelus puncak kepalaku. Mama meyakinkanku bahwa Alya baik-baik saja, itu pasti. Polisi, aparat yang bertugas, atau siapapun itu boleh jadi menyerah, tapi mama selalu percaya Alya pasti akan ketemu, dia akan segera pulang.

“Tapi, kamu harus tetap sarapan, Ann.”

“Anna akan turun sebentar lagi, Ma.”

“Baiklah, mama tunggu di bawah ya.”

Mama beranjak keluar dari kamarku. Aku terbangun melipat selimut kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil memandang keluar jendela. Gerimis membungkus kota, tapi itu tidak menyurutkan semangat orang-orang yang memulai aktivitas pagi ini.

Terlihat jalanan mulai ramai, angkot bergerak maju melintasi genangan air, murid-murid taman kanak-kanak bersenandung riang memakai mantel bewarna-warni untuk melindungi tubuh mungil mereka dari rintik hujan. 

Aku beranjak dari kasur menuju kamar mandi, membersihkan badan, berganti pakaian kemudian bergabung dengan mama dan papa di ruang makan. Papa menyapaku hangat. 

“Selamat pagi, Ann.”

“Pagi, Pa.”

Papa melipat korannya, mengernyitkan dahi, sepertinya bingung melihatku tidak memakai seragam sekolah. “Eh, kamu tidak sekolah, Anna?”

“Anna sedang ingin istirahat, Pa, biarkan saja dulu.” Mama menimpali sambil mengedipkan sebelah matanya. 

Papa yang paham dengan isyarat dari mama segera mengangguk setuju. Aku tahu, mama sedang berusaha mengingatkan papa agar tidak lagi bertanya lebih jauh karena ujung-ujungnya pasti akan membahas tentang Alya, topik yang sangat sensitif untuk dibicarakan denganku pagi ini. 

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang