Episode 07.

196 37 4
                                    

Esok paginya, Alya tidak masuk sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Esok paginya, Alya tidak masuk sekolah. Aku tidak tahu dia kemana. Mulai dari aku datang hingga bel masuk berbunyi, dia tidak juga muncul.

Seperti biasa, pagiku selalu tidak tenang semenjak Raka datang ke seah ini. Lagi-lagi dia mengajakku ribut.

“Aku yang datang duluan, Raka
“Tapi, aku yang kemarin duduk di sini, Anna!”

Semua teman sekelas yang sudah datang menoleh ke arah kami, mereka tertawa berseru, senang melihat tontonan gratis.

“Oh ya? Sayangnya, aku duluan yang duduk di sini dua hari lalu!”

“Hei, aku dulu yang duduk di sini tiga hari lalu!”

“Dengar, aku sudah duduk di bangku ini jauh sebelum kamu si anak baru datang ke sekolah ini dan mencuri tempat dudukku. Kamu membuat pagiku yang cerah selalu tidak tenang!”

Aku melotot. Dia balas melotot, tidak mau kalah.

“Ayolah, Anna, bukankah kemarin kamu sudah tidak lagi mempermasalahkan aku yang duduk di sini? Mengapa sekarang kamu kembali uring-uringan?”

“Dasar keras kepala!”

Aku menggeram, ingin sekali aku menjitak kepalanya yang keras bagai batu itu.

Dia seenaknya mencuri tempat dudukku tanpa rasa bersalah. Tidak hanya itu, dia bahkan terus mengajakku ribut setiap pagi.

“Kamu juga keras kepala, heh!”

Tanpa banyak bicara, aku beranjak dari bangku, hanya menatapnya sekilas, lantas mengambil ranselku dan pindah mencari tempat duduk yang lain.

Pada akhirnya, aku memilih untuk mengalah, membiarkan Raka menduduki bangkuku.

Pagi itu, aku tidak lagi tertarik berdebat dengan Raka. Itu hanya membuatku kehilangan banyak energi, bahkan sebelum pelajaran dimulai. Dia memang selalu menyebalkan sejak datang ke sekolah ini.

Pukul tujuh pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul tujuh pagi.


Matahari sedang bersinar terang, langit terlihat bersih tanpa awan, desiran angin membelai rambutku perlahan. Aku menatap malas ke depan.

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang