Episode 17.

166 32 11
                                    

Gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelap. Cahaya dari senter mendadak hilang. Jarak ratusan meter di sekitar kami menjadi remang. Aku tidak bisa melihat dengan jelas.

“Bara, Anna, cepat merapat!” 

Tanpa berpikir panjang aku segera mendekati suara Raka. Kami bertiga beradu punggung. Meski tidak bisa melihat dengan jelas, mata kami tetap awas menatap sekitar, berjaga-jaga jika ada seseorang yang menyerang. Tapi kami keliru, bukan orang yang hendak menyerang kami. 

Dari kejauhan riuh ramai terdengar suara desisan. Sebelum aku berhasil mengenali suara apa itu, Raka sudah lebih dulu berseru.

“Itu sepertinya suara sekawanan hewan, apapun itu, mereka sedang terbang di atas kita. Hati-hati!”

Aku mengangguk, lantas mendongak menatap sesuatu di atas kepalaku. Bayangan hitam berjumlah banyak terbang di atas kami, mereka mengepakkan sayap, berputar-putar sambil terus mendesis.

Tapi percuma, aku tetap tidak bisa memastikan itu hewan apa, hutan ini terlalu gelap ditambah kabut yang mengambang, membuat jarak pandang kami semakin terbatas. 

“Awas, Bara!” Raka berseru, tapi terlambat, Bara tidak sempat menghindar, sayap hewan itu menyabet tubuhnya hingga membuat Bara terpelanting.

Aku tidak sempat mengkhawatirkan kondisi Bara, hewan-hewan itu terbang semakin rendah mendekatiku. Satu-dua mengibaskan sayapnya sambil terus terbang berputar-putar. 

“Aduh!” Aku meringis. Kali ini, hewan itu menggores lenganku.

“Tetap waspada, Ann, hewan ini sangat menyebalkan!” Raka berseru, hanya dia yang masih bisa berdiri kokoh, tapi hanya bertahan sebentar.

BUK! Giliran Raka yang terlempar, tidak jauh, kuda-kuda Raka cukup kokoh untuk menahan tubuhnya agar tidak terlempar jauh. “Sepertinya aku tahu itu hewan apa.”

“Apa?”

“Kelelawar. Hewan ini memanfaatkan kegelapan.”

“Bagaimana cara mengalahkan mereka?”

“Mudah jika ada cahaya. Mata mereka sensitif dengan cahaya.” 

Aduh. Darimana kami bisa mendapatkan cahaya? Satu-satunya sumber cahaya yang kami miliki hanyalah senter milik Bara, sayangnya senter itu mendadak tidak berfungsi. Ini gawat. Jika terus begini kami akan terluka.

“Lakukan sesuatu, Raka!” Aku berseru. Dalam situasi mendesak, Raka biasanya punya jalan keluar terbaik. 

Bara yang jatuh terduduk berusaha untuk berdiri, dia mengeduk isi ranselnya, mengeluarkan sesuatu dari sana. Itu katapel, Bara bergegas mengambil batu-batu yang berada di bawah kakinya, lantas dengan cepat membidik kelelawar di sekitarnya, tapi tetap saja itu tidak membantu banyak.

Dalam situasi gelap, Bara tidak bisa membidik dengan benar, sebagian batu yang dia lempar berterbangan ke sembarang arah, beberapa menghantam pohon, satu-dua justru mengenai kami. “Cepat kembali ke posisi, Bara!” Raka berseru sambil terus menghindari serangan dari kelelawar. 

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang