Detak Surat-60

8 5 0
                                    

Hai..
Selamat pagi
Selamat siang
Selamat sore
Selamat malam
Hari ke-lima. Aku bingung harus ngomong apa. Aku lebih suka langsung ngomong sama kamu. Bisa lewat ponsel, tapi aku enggak suka. Pengennya lihat langsung wajah kamu. Mastiin kalau kamu beneran senyum.

Jantungku berdetak cepat saat tulis ini. Karena itu kamu Dinar. Kamu yang ada di hatiku yang membuat hatiku berdetak tak karuan. Aku sayang kamu

Detak Surat-60
-Senar     
Senyum

Pagi hari di hari ke enam Dinar baru membaca surat ini. Karena baru pagi tadi surat ini sampai di rumahnya. Kemarin, seharian penuh Dinar menunggu surat dari Senar yang belum juga dia terima. Dinar pikir suratnya dibawa Dewa. Sampai-sampai Dinar menyuruh Tere menanyakan ke rumah Dewa. Dan ternyata tidak.

Dinar harus bisa bangkit demi Senar. Meski itu sulit. Bukan berarti dia bangkit untuk melupakan Senar. Namun membenarkan apa yang Stela ucapkan. Menerima Senar yang pergi saat ini dan meyakini bahwa Senar akan kembali padanya.

"Gimana penampilan gue?" Tanya Dinar tersenyum lebar. Mencoba seperti Dinar yang dulu.

Tere dan Stela yang sedari tadi menunggu Dinar yang berada di atas. Tiba-tiba di kejutkan dengan ekspresi Dinar yang begitu berubah dari beberapa hari yang lalu.

"Kakak... " Pekik Tere lalu berhambur memeluk Dinar.

"Dinar... " Kini giliran Stela. Jadilah mereka bertiga berpelukan seperti teletubies.

"Kakak cantik banget hari ini"

Dinar mencoba tetap tersenyum mesti begitu menyakitkan harus membodohi orang-orang di sekitarnya dengan topeng palsunya.

"Udahan, ih"

"Udah siap?" Tanya Stela menatap Dinar.

"Udah, yuk" Balas Dinar tersenyum. Terlihat seperti Dinar yang dulu dibalik senyuman palsu itu.

"Gue seneng kalo kakak senyum lagi" Ujar Tere yang masih menggandeng tangan Dinar.

"Lu mau ikut kita berangkat ke kampus?"

"Kenapa enggak kalo ada tumpangan gratis, iyakan kak Stela?"

"Sayangnya tumpangan gak ada yang gratis Tere" Balas Stela. Wajah Tere langsung berubah masam.

"Ya udah, Tere berangkat sendiri"

"Et.. Et.. Et.. Et.. Gitu aja marah. Gue cuma bercanda, baperan amat, sih"

"Ya udah, yuk"

Mereka bertiga berangkat bersama naik mobil Stela. Namun sebelum berangkat Dinar melihat Dewa yang berdiri di depan pintunya menatap ke arah mereka. "Dinar.. Aku suka kamu"

Teriakan Dewa membuat Dinar langsung mengalihkan pandangannya. Naas, suara Dewa yang begitu keras hingga terdengar di kedua telinga orang yang sedang bersamanya.

"Kak Dewa... " Sapa Tere berteriak sambil melambai-lambai kan tangannya.

"Dewa... Cakep banget"

"Udah, yuk. Udah mau telat, nih" Titah Dinar.

"Kak Dewa mau kemana? Rapi banget" Tanya Tere saat Dewa sudah berada di depannya.

"Kerja"

"Kerja? Bukannya kakak seusia sama kak Dinar?"

"Enggak, aku lebih tua dua tahun dari kakakmu" Jawab Dewa bohong.

"Gue pikir lu sepantaran sama gue" Sahut Stela sambil senyum-senyum tidak jelas.

Detak SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang