"Hacimmm... " Berkali-kali sudah Dewa bersin.
Badannya panas, tapi tubuhnya menggigil. Dia terkena demam setelah kejadian kemarin malam. Hujan-hujanan demi mencari keberadaan Dinar yang tidak juga pulang-pulang disaat dia menunggu lama di rumah.
"Pa.. Aku kelihatan sakit banget, ya?" Tanya Dewa pada papanya yang sedang menjaga di kamar.
Biswas meneliti anaknya dari bawah sampai atas. "Enggak" Balas santai Biswa.
"Pa, tolong ambilin make-up mama, dong"
"Buat apa?"
"Buat wajah Dewa kelihatan kalo beneran sakit. Nanti kalo Dinar kesini biar perhatian sama Dewa"
Biswa geleng-geleng dengan tingkah anaknya yang hampir meniru dirinya. "Yaudah bentar"
Biswa beranjak dari tempat duduknya. Berjalan menuju pintu kamar anaknya. Biswa dikagetkan dengan kehadiran Shinta yang sudah berdiri di depan pintu. Dengan tangan yang melayang ingin mengetuk pintu.
"Shinta... Mau jenguk Dewa?" Tanya Biswa sekedar basa-basi.
Shinta tersenyum lalu mengangguk. "Iya, om. Dewa di dalam?"
"Iya, kamu masuk aja"
Shinta memasuki kamar temannya. Dapat Shinta lihat kalau Dewa tidak sepenuhnya sakit. Mungkin itu hanya alibinya agar membuat semua orang perhatian padanya.
Dewa yang sedang tiduran diatas kasur. Kaget saat Shinta sudah berdiri di samping kasurnya sambil matanya memicing sebelah.
"Beneran sakit lu?" Tanya Shinta tidak begitu percaya dengan kondisi Dewa saat ini.
"Beneran lah, enggak percaya?"
"Enggak" Balas Shinta.
Dewa membawa sebelah tangan Shinta di kuningan. Membuktikan diri kalau dia benar-benar sedang sakit. Bukannya merasakan apa yang Dewa ingin rasakan ke Shinta. Shinta malah merasakan hal lain pada dirinya sendiri.
Jantungnya berdegup tidak karuan. Tangannya tiba-tiba berkeringat dingin saat merasakan sentuhan Dewa dikulit tangannya.
"Panaskan?" Tanya Dewa lagi.
Shinta tersadar dari pikirannya sendiri. "Hah... Iya" Begitu terlihat jelas kalau Shinta sedang gugup.
Dewa yang melihat itu lantas tersenyum dan melepaskan tangan Shinta. "Lu gugup gue sentuh?"
Shinta mengangguk menjawab pertanyaan Dewa. Shinta tidak bisa berbohong jika dirinya tidak gugup saat Dewa menyentuhnya.
"Duduk sini" Dewa menepuk tempat disebelahnya.
Shinta mengikuti perintah Dewa, duduk disebelah Dewa. Jantungnya masih berdegup kencang, belum juga redah. Ditambah dengan posisinya sekarang yang semakin membuatnya tidak karuan.
"Habis ini bantuin gue, ya?"
"Bantuin apa?" Tanya Shinta.
"Make-up, in, gue"
"Buat?"
"Buat gue kelihatan sakit flu parah. Kalo bisa kasih merah-merah di hidung gue yang banyak"
"Apa untungnya buat lu kayak gitu?"
"Biar gue dapat perhatian dari Dinar"
Deg..
Jantung Shinta seperti ingin lepas dari tempatnya. Tidak bisa dipungkiri kalau dirinya cemburu hanya dengan mendengar nama Dinar yang selalu Dewa sebut. Apa Dewa sengaja membuatnya semakin mundur untuk mendapatkannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Surat
Teen Fiction___________________________________________ Berada diantara kebahagiaan dan kesedihan. Itulah yang Dinar rasakan saat ini. Saat bahagia, sedih menemani. Saat sedih pun, bahagia turut berpartisipasi. Entah ada apa dengan kehidupannya. Saat dia nyama...