Detak Surat US

17 1 0
                                    

"Ada apa, kak?" Tanya Shinta.

Saat ini Shinta sedang berada di sebuah kafe untuk menemui Bisma. Entah kenapa Bisma mengajaknya bertemu secara tiba-tiba. Awalnya Shinta ingin menolak, tapi dia tidak enak juga jika harus menolak. Disaat dia tidak mempunyai alasan yang pasti untuk menolak ajakan Bisma.

"Duduk dulu" Ujar Bisma, mempersilahkan Shinta untuk duduk lebih dulu.

Setelah Shinta sudah duduk, Bisma menyodorkan surat untuk Shinta. Membuat bingung Shinta dengan surat tersebut.

"Surat apa ini?" Tanya bingung Shinta.

Bisma tersenyum lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Shinta. Membuat Shinta semakin bingung.

"Karena semua sudah terbongkar. Dewa memberimu surat ini. Dia titipin ini ke Senar sebelum dia pergi selamanya" Tukas Bisma.

"Dia pengen bongkar sesuatu buat kamu" Lanjut Bisma.

Shinta menatap nanar surat yang masih tergeletak di meja. Tidak ada niatan bagi Shinta untuk mengambilnya karena percuma jika akhirnya akan membuatnya sedih dan menyesal saat membacanya.

"Baca, Shin. Jangan buat tulisan Dewa sia-sia buat kamu" Ujar Bisma meraih tangan Shinta dan menaruh surat itu di tangannya.

"Kalo udah selesai bacanya, lu bisa telepon gue buat curahin isi hati lu. Gue siap" Ujar Bisma sebelum pergi lebih dulu.

Kini tinggal Dinar dan surat pemberian Dewa yang ada di tangannya. Shinta masih ragu untuk membukanya. Namun dia tidak ingin membuat tulisan Dewa sia-sia begitu saja.

Shinta keluar dari kafe tersebut mencari tempat sepi yang membuatnya nyaman saat membaca surat tersebut. Di tepi jalan yang berhadapan langsung dengan lautan biru. Tempat yang begitu nyaman saat ini bagi Shinta untuk membaca surat Dewa.

Dengan pelan-pelan dia membuka surat tersebut. Hanya melihat tulisan tangan Dewa saja sudah membuat air matanya menetes berjatuhan.

Untuk Shinta....
Ini tulisan terakhirku untuk kamu.
Terima kasih sekaligus aku mau kasih tahu sesuatu.
Aku mau jawab pertanyaan yang mungkin selalu kamu tanyakan.

Alasanku menghindar dari kamu, sering menolak kamu.

Jawabannya satu. Aku suka sama kamu dari dulu. Tapi aku tidak mengatakannya. Karena aku takut hubungan kita merenggang karena hubungan baru.

Aku berbohong jika aku tidak menyukaimu. Selama ini aku menyukaimu tapi aku menyimpannya dalam-dalam agar kamu tidak tahu.

Untuk Dinar, aku menyukainya. Tapi aku juga tahu konsekuensinya. Dinar sampai kapanpun akan jadi milik Senar.
Maaf karena sudah membohongimu selama ini.

Maaf jika selama ini rasaku dan jawabanku menyakitkan bagimu.
Maaf untuk kepergianku. Pesanku. Aku ingin kamu bisa menerima kakakku, Bisma sebagai penggantiku. Terima cintanya, mulailah cintai dia.

-Abi-                      
Untuk Shinta, Cinta pertamaku.

Shinta tidak dapat menahan air matanya. Jawaban yang dulu penuh kebohongan kini menjadi sebuah jawaban benar namun begitu menyakitkan dan menyesalkan.

Kenapa baru sekarang Dewa mengatakannya dan memilih diam untuk semua kebaikan. Demi kisah cinta yang baru dan mencoba membuka diri untuk cinta yang baru.

"Kak.. " Sahut Shinta ketika panggilannya terhubung dengan Bisma.

"Iya..." Sahut Bisma.

"Bisa kesini?"

"Aku sudah di sini dari tadi.. " Ujar Bisma yang sudah berada di belakang tidak jauh dari tempat Shinta duduk. Tanpa Shinta ketahui, Bisma mengikuti Shinta sejak keluar dari kafe.

Shinta berlari menghampiri Bisma. Berdiri di hadapan Bisma sambil terus meneteskan air matanya.

Plak..
Satu tamparan keras berhasil Shinta berikan untuk Bisma. Kemudian dilanjutkan dengan pelukan yang Shinta berikan untuk Bisma. Shinta kesal karena Bisma, Dewa tidak bisa menyatakan perasaannya. Tapi Shinta juga tahu ini begitu menyakitkan bagi Bisma. Menjalani cinta sepihak seperti yang dia rasakan dulu.

"Kenapa?" Tanya Bisma lembut, meskipun baru saja mendapat sebuah tamparan.

Shinta masih saja diam dalam pelukan Bisma. "Apa isi surat Dewa?"

"Itu enggak penting sekarang. Percuma saja dia mengatakannya kalo dia enggak ada disini sekarang" Tukar Shinta begitu ketus. "Yang terpenting sekarang pesannya" Lanjutnya.

Bisma hanya diam. Tidak ingin bertanya lebih dalam lagi. Takut semakin memperburuk suasana hati Shinta. "Kak.. Kita mulai dari awal, ya. Aku pengen bisa mencintai kakak. Buat aku cinta sama kakak seperti kakak mencintai aku"

Bisma mematung di tempat. Tubuhnya kaku saat mendengarnya. Apa yang barusan dia dengar itu benar-benar nyata?.

"Kenapa tiba-tiba?" Tanya balik Bisma sesantai mungkin.

"Jangan bertanya lebih lagi. Cukup buat aku jatuh cinta sama kakak" Tukasnya.

"Aku butuh alasan"

"Apa perlu alasan untuk buat aku jatuh cinta?" Tanya Shinta. "Aku pengen bisa mencintai kakak" Lanjutnya.

"Akan aku coba... "

"Jangan hanya dicoba, usahakan bisa, kak"

Masih dalam pelukan Bisma. Untuk pertama kalinya Shinta berani berbicara seperti itu pada Bisma yang dulu sangat dia hormati sebagai kakaknya sendiri. Kini Bisma di depannya bukan lagi kakaknya melainkan calon masa depannya yang Dewa berikan untuknya.

.
.
.
.
.
.
.
____________
Detak
Surat
======
25

Detak SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang