"Lu gak boleh egois, Nar. Semuanya enggak bisa lu dapetin buat jadi milik lu. Lu harus pilih salah satu" Ujar Bisma. "Atau orang itu yang harus memilih"
"Tapi lu udah telat, Nar" Batin Bisma.
"Gue enggak bisa" Tegas Dinar.
"Melepaskan lebih baik daripada di tinggalkan. Lu bakal nyesel, Nar" Bisma berlalu pergi meninggalkan Dinar yang masih berdiri mematung. Setelah memberikan pesan sekaligus kata-kata pedas untuk Dinar.
Dinar tidak tahan harus menahan air matanya lagi. Bertemu Bisma membuat air matanya luruh begitu mudahnya.
"Kak..." Teriak Tere memanggilnya dari halaman rumah. "Cepetan, udah laper, nih"
Dinar menghapus air matanya yang membekas di wajahnya. Menyembunyikan tangisannya, mengangguk, dan menggantinya dengan senyuman palsu. Seperti kata Dewa, dia hanya boleh memperlihatkan tangisannya hanya pada Dewa tidak untuk siapapun.
Namun hari ini dia menangis di depan Bisma. Orang yang sudah Dinar anggap seperti duplikat Dewa saat ini. Semenjak kepergian Dewa.
***
Malam telah tiba. Malam ini dia ingin keluar rumah, entah kemana. Dia begitu suntuk jika harus di rumah lagi. Disaat suasana hatinya tidak begitu baik dan kesendirian yang sedang menemani.Saat di tengah perjalanan berjalannya di sekitar taman dekat rumahnya. Ponsel yang berada di saku jaketnya bergetar. Satu panggilan masuk dari Stela. Dinar segera mengangkatnya.
"Ya..?"
"Lu dimana?" Tanya Stela dari seberang sana.
"Taman" Jawab singkat Dinar.
"Jangan kemana-mana tetap di sekitar sana. Kalo mau pulang segera hubungin gue. Ada orang yang ketemu... "
Tut..
Dinar mematikan panggilan sepihak sebelum Stela menyelesaikan panggilannya. Dinar tidak ingin bertemu orang dan bercengkrama dengan seseorang. Dia ingin menikmati malam hari ini dengan berjalan-jalan sendirian.
Melihat kekiri kanan. Begitu banyak orang yang berjalan dengan pasangannya maupun keluarga kecilnya untuk menikmati malam bersama. Sedangkan dia hanya sendirian tanpa ada orang yang menemaninya sekarang.
Andaikan Dewa ada disini, mungkin malam harinya tidak begitu membosankan seperti ini. Atau mungkin Senar yang tiba-tiba berdiri di hadapannya untuk menemaninya.
Dinar memejamkan mata saat mengetahui kenyataan kalau kedua orang yang dia inginkan ada disini. Mereka masih belum bisa datang menemuinya untuk menemaninya. Dengan mata tertutup Dinar terus saja berjalan. Sampai dia menabrak seseorang.
Dinar membuka matanya. Namun dia hanya menundukkan kepala. "Maaf..." Lirihnya meminta maaf dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Senar... " Lirih Dinar tiba-tiba. Saat aroma parfum orang yang baru saja di tabrak begitu sama dengan parfum yang biasa Senar gunakan.
"Iya, Dinar"
Dinar berhenti melanjutkan langkahnya. Terdiam dan mencerna suara yang barusan dia dengar. Itu suara Senar, Senar yang dia rindukan selama ini.
Dinar segera berbalik. Matanya berbinar saat matanya di pertemukan dengan Senar yang tersenyum ke arahannya dengan keadaan sehat.
"Senar... " Air mata Dinar berlinang karena begitu bahagia bisa melihat wajah Senar.
"Iya.. Dinar. Ini aku Senar" Sahut Senar merentangkan kedua tangannya. Memberi kode untuk Dinar berhamburan ke pelukannya.
Dinar berlari kecil menghampiri Senar dan memeluknya. Menuangkan semua rasa kerinduan yang selama ini dia pendam. "Aku rindu kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Surat
Teen Fiction___________________________________________ Berada diantara kebahagiaan dan kesedihan. Itulah yang Dinar rasakan saat ini. Saat bahagia, sedih menemani. Saat sedih pun, bahagia turut berpartisipasi. Entah ada apa dengan kehidupannya. Saat dia nyama...