Bisma tidak henti-hentinya memperhatikan seseorang yang sedang duduk di sampingnya menikmati jajanan yang tadi Vivi suguhkan. Memperhatikan gerak-gerik perempuan yang duduk di sampingnya dari samping. Memperhatikan gerakan bibirnya yang sedang mengunyah.
Plak...
Satu tabokan mendarat di punggung Bisma, membuatnya mengalihkan pandangannya. "Khilaf, bang?" Goda Dewa berbisik di telinga Bisma.
Dewa langsung dihadiahi pelototan tajam dari Bisma. Adik kakak yang hanya bisa akur pada waktu tertentu.
"Shin.." Panggil Dewa.
Shinta lah yang sejak tadi duduk disamping Bisma. Dan dia juga perempuan yang sejak tadi Bisma perhatikan. Dewa tahu kalau kakaknya, Bisma, sudah menyukai Shinta sejak lama. Namun dia ragu untuk mengatakannya ke Shinta karena Bisma tahu kalau orang yang Shinta sukai adalah Dewa.
"Tumben di rumah?" Tanya Shinta.
Hampir setiap saat Shinta pergi kerumah ini, Dewa tidak pernah ada di rumah. Dewa sibuk menghabiskan waktunya bersama Dinar. Entah dimana tempat mereka menghabiskan waktunya.
"Hem... Dinar lagi sakit. Ini mau pergi kesana"
Shinta pikir hari ini dia bisa menghabiskan waktu sedikit saja dengan Dewa. Namun nyatanya masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Dewa lebih memilih bersama Dinar.
"Mau ikut?" Ajak Dewa.
Shinta langsung menggeleng. "Shinta biar disini aja sama gue" Sahut Bisma.
Dewa manggut-manggut. "Yaudah... "
Shinta menghela napas gusar, dia menyenderkan punggungnya di sandaran sofa. "Kak Bisma" Panggil lirih Shinta.
"Hem.. " Sahut Bisma berdehem.
"Kakak pernah suka sama seseorang tapi orang itu udah suka sama orang lain?"
Bisma terdiam. Sedikit tarikan di ujung bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman. Apa yang Shinta tanyakan itu sudah terjadi lama di kehidupannya.
"Hem... Sampai sekarang masih" Jawab Bisma.
"Iya..?" Tanya Shinta kaget.
Shinta belum pernah tahu sama sekali dengan kisah cinta kakak dari orang yang dia sukai. "Aku tahu orangnya?"
"Sangat kenal" Itu kamu. Lanjut Bisma dalam hatinya.
"Siapa?"
"Dalam pikiran kamu, Kira-kira siapa?" Tanya balik Bisma. Menatap lekat perempuan di depannya.
"Gak ada" Balas Shinta, menggelengkan kepala. "Orang yang paling aku kenal, perempuan, cuma diriku sendiri" Shinta bergumam sendiri.
Dia sadar dengan apa yang dia katakan barusan. Tatapannya beralih kearah Bisma yang tersenyum kearahnya. Shinta tahu siapa orang yang Bisma maksud. Tidak lain dan tidak mungkin adalah dirinya sendiri.
"Iya.. Shinta. Itu kamu" Lirih Bisma penuh senyuman hangat.
"Kak Bisma... Kakak enggak bercanda, kan?"
Kini giliran Bisma yang menggeleng. Untuk pertama kalinya Bisma berani menyatakan perasaannya. "Udah lama... Aku pendam ini sendirian"
"Kak... "
"Kamu enggak perlu jawab. Karena aku udah tahu siapa orang yang kamu sukai. Kamu cukup tahu dan jangan menghindariku"
Bisma mengusap pelan surai hitam milik Shinta terlebih dulu. Sebelum dia berangkat bekerja. Tidak lupa senyuman dia berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Surat
Teen Fiction___________________________________________ Berada diantara kebahagiaan dan kesedihan. Itulah yang Dinar rasakan saat ini. Saat bahagia, sedih menemani. Saat sedih pun, bahagia turut berpartisipasi. Entah ada apa dengan kehidupannya. Saat dia nyama...