"Dewa.. " Lirih Dinar "gue butuh lu. Bawa gue ketempat yang jauh"
"Dua menit" Sahut Dewa dari seberang telepon sana. Untuk pertama kalinya Dinar menghubungi Dewa.
Dewa memutuskan panggilan lebih dulu. Satu menit kemudian terdengar suara Dewa di depan pintu rumahnya.
Di siang hari yang begitu panas Dinar mengajak Dewa untuk keluar. Mencari udara segar, menenangkan diri sejenak dari pikiran yang sedang melanda hati dan pikirannya.
"Kenapa?" Tanya Dinar heran saat Dewa melihat dia dari bawah sampai atas dengan senyumannya.
"Enggak" Dewa menggeleng. "Ayo, gue tahu tempat yang cocok buat lu sekarang"
"Gue mau jalan kaki kesana" Tukas Dinar.
"Tapi jaraknya jauh, Nar. Lu sanggup?" Dinar mengangguk ragu. "Jangan jalan kaki, gue ada sepeda. Kita naik itu" Tegas Dewa.
Dia bergegas pulang mengambil sepedanya. "Ayo.. "
Dinar duduk di boncengan sepeda. Tepat di belakang Dewa. Tangan Dinar berpegangan pada pinggiran boncengan sepeda.
"Udah?"
"Hem... "
Sepeda Dewa kayuh dengan kekuatan penuh hingga berjalan melintasi jalanan yang tidak begitu ramai di siang hari yang terik ini. Meskipun panas dan terik. Sedikit angin siang menerpa wajah mereka. Memberikan kesejukan sendiri dibawah terik matahari.
"Gue suka... " Gumam Dinar merentangkan sebelah tangannya menikmati angin yang berhembusan.
"Gue suka saat keluar bareng lu" Lanjutnya yang Membuat Dewa cengar-cengir sendiri.
"Gue suka... " Teriak Dinar.
"Gue juga suka.. " Gumam Dewa yang hanya bisa dia dengar sendiri.
Butuh waktu satu setengah jam mengayuh sepeda hingga sampai tujuan. Lelah, memang lelah, tapi saat melihat wajah bahagia Dinar. Rasa lelah yang Dewa rasakan seketika hilang.
"Tunggu disini sebentar"
"Mau kemana?" Tanya Dinar.
"Mau bukak pantai ini khusus"
Dewa meninggalkan Dinar sendiri di tempat parkir sepeda. Dinar dari arah tempatnya hanya bisa menyaksikan Dewa.
"Siang Pak... "
"Siang ada apa?" Tanya penjaga yang berjaga di depan pintu masuk pantai.
"Saya mau masuk kedalam boleh?" Tanya Dewa.
"Maaf.. Hari ini pantainya sedang tidak di buka atau bisa dikatakan tutup" Tukar bapak penjaga itu.
"Pak.. Mohon sekali ini saja. Lihat cewek yang ada disana" Tunjuk Dewa ke arah Dinar yang memperhatikan dari tempatnya.
"Kenapa?"
"Dia butuh ketenangan. Sekali ini aja, Pak"
"Enggak bisa mas. Kami sedang tutup"
"Pak... Mohon sekali ini saja"
"Enggak bisa, mas. Silahkan pergi"
"Pak.. "
"Enggak mas"
"Pak... "
"Enggak mas"
"Pak. Sekali ini aja, boleh, ya?"
"Masnya ngeyel ya dibilangin enggak, ya, enggak" Bentak bapak penjaga itu.
Nyali Dewa seketika ciut jika mendengar bentaran dari orang yang berbadan bontot penuh otot. Dewa mengangguk dan mengalah undur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Surat
Teen Fiction___________________________________________ Berada diantara kebahagiaan dan kesedihan. Itulah yang Dinar rasakan saat ini. Saat bahagia, sedih menemani. Saat sedih pun, bahagia turut berpartisipasi. Entah ada apa dengan kehidupannya. Saat dia nyama...