Detak Surat HDAT

3 2 0
                                    

Hari semakin gelap. Musim hujan telah tiba. Gerimis diluar sana dan angin malam yang begitu dingin ketika menerpa kulit semakin menambah kepekatan malam di luar sana.

Namun juga membawa kesana tersendiri disetiap orang yang menyukai hujan. Bagi mereka hujan begitu indah, apalagi saat suaranya yang nyaring begitu terdengar jelas saat berjatuhan di tengah malam.

Membawa separuh kenangan.

"Disini hujan. Dingin. Tapi aku suka... " Lirih Dinar menikmati tetesan air hujan dengan tangannya.

"Disini dingin, tapi lu enggak pakai jaket. Enggak takut masuk angin?" Bisma datang membawa jas kerjanya untuk Dinar.

Mereka berdua terjebak di halte saat ingin pulang. Tanpa sengaja Dinar dan Bisma terjebak di halte diwaktu bersamaan.

Dinar ingin melepaskan jas kerja Bisma dipundaknnya. Tidak enak sendiri saat Bisma hanya memakai kaos demi membuatnya hangat dengan jas kerja milik Bisma. Dengan sigap Bisma menahan tangan Dinar.

"Pakai aja, gue gak akan mati kedinginan. Yang lebih khawatirin itu lu" Tukar Bisma membuat Dinar mengurungkan niatnya.

"Makasih... " Lirih Dinar.

"Lu habis darimana?" Tanya Bisma ditengah rintikan hujan yang berjatuhan.

"Jalan-jalan disekitar sini"

"Dewa?"

"Gue sengaja sendirian, gak ngajak dia"

Sunyi kembali melanda mereka. Tidak ada lagi percakapan setelah itu. Yang terdengar hanya suara rintik hujan  yang perlahan semakin membesar. Di sahuti dengan kilatan cahaya dilangit gelap. Tidak lama terdengar suara gemuruh petir menyahut.

Saat kebanyakan orang akan takut jika mendengar petir. Tidak dengan mereka berdua, mereka malah tersenyum. Saat alam memfoto mereka.

"Lu suka sama Dewa?" Entah mengapa pikiran Bisma ingin bertanya tentang itu. Bisma ingin tahu jawaban seperti apa yang akan Dinar katakan.

Dengan santainya Dinar menggelengkan kepalanya. Karena saat ini atau sampai kapanpun Senar adalah orang yang akan menjadi orang yang akan menempati puncak langitnya.

"Tapi lu tahu dia suka sama lu?" Kini Dinar mengangguk menjawab pertanyaan dari Bisma.

"Hidup memang selalu berputar, ya" Lirih Bisma tersenyum.

"Maksud kakak?"

"Dia ngerasain apa yang gue alami saat ini" Jawab Bisma menatap Dinar yang sedang menatap heran padanya.

"Gue suka sama Shinta tapi Shinta suka sama Dewa. Sedangkan Dewa dia suka sama lu" Jelas Bisma.

Mendengar penjelasan Bisma, kalau Shinta menyukai Dewa. Membuat hati Dinar kaget dan sedikit nyeri. Namun tidak lama. Hal yang sering dia rasakan beberapa hari ini saat menatap langsung kedekatan Dewa dengan Shinta.

"Kenapa kakak enggak kejar?" Tanya Dinar.

Bisma mengalihkan pandangannya lurus kedepan menatap air hujan yang dengan derasnya menetes, membasahi jalanan malam hari ini.

Senyuman terukir di bibirnya. Terdengar kekehan kecil keluar dari bibir Bisma. "Mau dikejar gimana pun, gak akan ada perubahan. Dia suka Dewa lebih lama daripada gue suka sama dia" Bisma menggosok lengannya pelan lalu melanjutkan kata-katanya. "Sampai kapanpun dia gak akan bisa buat gue"

Dinar terhenyak dengan ucapan Bisma barusan. Hal yang sama dengan apa yang Dinar rasakan kali ini untuk Dewa.

"Lu rasain kan hal yang gue ucapin barusan" Tanya Bisma.

Detak SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang