"Lo udah denger belum sih lagu baru Akandra?"
Shella tiba-tiba datang, mengintip dari balik kubikel meja gue, sambil menunjukkan salahs atu lagu yang dia putar, lagu dari band Akandra, band kesukaan Shella yang sedang hangat-hangatnya naik daun.
Akandra - Warna
Hanya itu yang sekilas gue lihat, sebelum gue kembali fokus pada kertas laporan yang harus gue perbaiki.
"Belum. Gue kan jarang dengerin Akandra, kalau bukan lo yang nyetel lagu itu, Shel."
"Serius sih lo nggak tau? Ini lagu ciptaannya mas Aga."
Jari gue yang tadinya sibuk mengetik huruf-huruf pada keyboard hingga menimbulkan bising di ruangan divisi, seketika berhenti.
"Oh."
Hanya itu yang bisa gue balas, gue membersihkan tenggorokan gue, berdehem canggung, melanjutkan lagi tugas gue. Sialan, tiba-tiba gue merasakan banyak kabut mengelilingi otak gue.
"Ini lagu buatan mantan lo." Bisik Shella penuh penekanan sebelum kabur. Karena dia tahu gue akan memberikannya pukulan pada bokongnya.
-
Perjalanan pulang ke kost harus lalui dengan naik MRT dari stasiun dekat kantor yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Ada apa ya dengan hari ini? Di kantor terlalu banyak pekerjaan hingga laporan gue harus melalui beberapa kali revisi oleh ketua divisi, lalu sekarang suasana MRT hampir penuh dan gue nggak mendapatkan tempat duduk. Gue padahal sudah membayangkan sebelum balik dari kantor tadi, gue bisa duduk seenggaknya untuk melemaskan betis gue yang rasanya sangat kaku.
Dan kebosanan ini sudah menyerang. Gue memutuskan untuk menancapkan earphone kabel ke handphone dan memilih lagu apa yang akan gue putar.
Akandra - Warna
Lagu rekomendasi Shella itu langsung muncul di kepala gue. Nggak... ini bukan karena lagu ini buatan mantan gue atau apapun, serius gue hanya akan mendengarnya karena Shella, supaya dia merasa senang, gue menaikkan jumlah streaming lagu band favoritnya.
Begitu intro dimulai, gue bisa merasakan hawa suram dari bunyi synthesizer, lalu di detik ke-tiga belas, si vokalis mulai menyanyikan bait pertama.
Aku hidup tenang
dalam terowongan panjang yang menelan cahaya
Di jalanan yang gelap ini
aku tidak dapat melihat langkah yang aku lalui
Aku tidak dapat melihat apapun
Aku tidak dapat merasakan apapun
Gue mendengus kasar... lagi... Aga kembali mengulang menulis lagu dengan suasana suram begini. Mungkin gue yang terlalu merasa pede, tapi apakah ini nggak terlalu bias untuk disebut sebuah kebetulan? Semenjak putus satu tahun lalu, lagu yang Aga tulis selalu mengambil main story dari cerita patah hati. Anehnya kenapa lagu-lagu yang dia buat semuanya selalu laku di kalangan masyarakat??? Apa masyarakat sekitar tuh haus kisah cinta sedih atau bagaimana sih? Gue saja sudah muak dengan cinta-cintaan.
Ulurkan tanganmu
warnai lagi hidupku
seperti matahari yang terbenam
seperti saat kita saling memeluk satu sama lain.
Sigh.....
Anggap saja lagu itu bukan gue sebagai pemeran utamanya. Gue akui, lagu ini untuk mendapatkan rasa iba dan empati orang-orang untuk ikut merasakan patah hati sih sangat terasa. Aga dari dulu memang hebat dan selalu hebat, gue kagum dengan dia yang selalu menjadikan musik sebagai ladang untuk dia bercerita dan membuat orang-orang tahu apa yang sedang dia rasakan.
Tapi, setelah hubungan gue dan dia berakhir satu tahun yang lalu, gue nggak pernah mendapat kabar lagu apa yang sedang dia kerjakan, kapan lagu itu dirilis, atau pertanyaan paling klise seperti kabarnya sendiri pun gue nggak tahu. Gue hanya tahu beberapa lagu yang Aga rilis dari Shella atau nggak sengaja saat gue membuka instagram, Aga sedang mengunggah foto poster dari lagu yang dia buat.
Gue membiarkan dia sebagai masa lalu yang nggak ingin mengusik lagi kehidupan gue.
Dan kalau dia ingin kembali pada gue dan ada yang ingin dia sampaikan, seharusnya dia bisa menghubungi gue secara langsung.
Atau memang gue bukan sebagai pemeran utama dari lagu yang dia ciptakan selama ini?
Jika iya, gue merasa menjadi pemeran jahat yang membuat si penulis lirik merasakan patah hati yang gue buat oleh ulah gue sendiri.
Me in the black and white photo
My world that has spread black
I'm so tired, I'm so tired
Now I'm so sick of it
The colors of you that I see from time to time
It raises me up because
You're the only one with your own color—-