22.

415 55 1
                                    

Sisa hormon haid beberapa hari lalu sepertinya masih menyisakan dampak mood swing yang parah dalam diri gue. Seperti sekarang ini gue yang sedang kesal karena Aga yang bilang ingin jemput jam delapan untuk makan sate maranggi, sangat terlambat untuk jemput. Padahal gue sudah rapi— meskipun bukan rapi yang kayak penampilan kasual, seenggaknya gue pakai baju yang proper untuk dipakai keluar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dia bilang sendiri kalau akan jemput jam delapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dia bilang sendiri kalau akan jemput jam delapan. Dan sekarang sudah lewat sepuluh menit, dia baru mengabari kalau baru keluar dari studio.

Masalahnya... mata gue sudah sangat berat dan ingin mengumpat dalam selimut saja rasanya.

Setengah jam berlalu dan getaran notifikasi dari Aga muncul, bertuliskan kalau dia sudah ada di depan. Gue menyambar tas dengan asal. Mengunci pintu kost dengan perasaan kesal.

Saat masuk mobil Aga pun gue nggak mengatakan apa-apa dan Aga juga seperti nggak merasa bersalah.

Dia juga nggak kunjung melajukan kendaraannya, hanya diam, dan justru itu membuat gue semakin jengah.

"Udah marahnya?" Dan sekarang dia bertanya seperti itu? Kenapa ini seperti gue yang diserang?

"Siapa yang marah?" Jawab gue dengan ketus.

"Kamu."

"Nggak."

"Muka kamu ditekuk, masuk mobil cemberut nggak bilang apa-apa, nggak mau lihat aku sama sekali."

Gue berdecak sebal, nggak mau lihat wajah Aga sama sekali!!!! Nyebelin!!!!!!!! Harusnya dia yang minta maaf, kenapa gue yang disindir hanya karena kesal dia terlambat jemput?

"Aku minta maaf, Ay, tadi beneran harus selesaiin satu lagu dulu, karena manajemen penyanyinya mau dikirim malem ini." Jelasnya.

Gue masih memalingkan muka, menatap ke arah jendela pintu di samping gue.

"Ay... lihat sini sebentar."

Gue menelan ludah yang terasa serat. Masih bersikeras nggak mau melihat muka nggak berdosanya itu.

heroine of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang