scroll
Langit Surabaya yang begitu terik hari ini membuat Ayu cukup kelelahan dan kehilangan separuh tenaganya. Langkah kaki dari kampus menuju apartemen rasanya semakin jauh, hingga Ayu langsung memesan minuman kesukaannya yang ia beli di kafe lobby apartemen langganannya.
Begitu masuk kamar pun Ayu langsung merebahkan diri, membanting tubuhnya asal.
Penyusunan thesisnya sudah hampir selesai. Hanya tinggal melalui beberapa revisi lagi dan semoga Ayu sudah bisa sidang setelah ini.
Selain mempersiapkan thesis, Ayu juga harus mempersiapkan pernikahannya dengan Aga. Meskipun hanya mengumpulkan informasi-informasi vendor dan lain-lain tapi itu cukup melelahkan bagi Ayu.
Aga juga cukup teratur mengunjunginya ke Surabaya. Dua minggu sekali atau sebulan sekali jika Aga sedang cukup sibuk. Saat mereka bertemu pun bahasan mereka tidak jauh-jauh dari persiapan pernikahan.
"Aku dapet rekomendasi dari bang Sandi nih buat wedding organizer, benefitnya juga lumayan, Ay."
"Eh, aku juga dapet nih, habis nanya nanya ke temen kantorku yang dulu di Jakarta."
"Kita kumpulin dulu aja, nanti kalau kamu udah balik ke Jakarta, baru kita bisa survey lapangan. Aku setuju sih saran kamu untuk kita intimate wedding aja, biar persiapannya nggak terlalu bikin kamu capek juga."
"Iya kan? Kalau tamu banyak tuh otomatis persiapan juga tambah banyak. Terus aku mau intimate wedding juga karena biar lebih kerasa sakral aja lebih dekat sama keluarga dan teman-teman kita."
"Okay. Intimate wedding aku setuju."
Selang beberapa bulan setelah Ayu selesai dengan thesis, sidang, dan yudisium. Ia langsung terbang pulang ke Jakarta. Kali ini Ayu benar-benar melakukan penyelesaian urusan pernikahannya.
Fitting kebaya, briefing dengan wedding organizer, survey tempat, pre-wedding photo shoot, test kesehatan dan cek ke dokter kandungan untuk program hamil, mengurus surat nikah ke kelurahan dan KUA setempat, harus bolak balik Jakarta-Malang untuk melakukan sesi lamaran, mengurus catering dari resto mas Sandi, belajar masak dari mbak Saras atau Ibu Aga jika beliau datang berkunjung ke Jakarta.
Semuanya terasa melelahkan bagi Ayu, tapi di satu sisi ia senang begitu sadar Aga selalu ada di sampingnya, membantu Ayu dan nggak membiarkan beban Ayu terpikul sendiri. Ayu juga tahu, Aga pasti sama capeknya. Semuanya mempunyai beban masing-masing di sini.
Sebenarnya untuk sesi lamaran, Ayu merasa tidak perlu mengadakannya, karena menurutnya lamaran yang Aga lakukan saat di Bali sudah cukup. Tetapi, kedua keluarga menyarankan kalau lebih baik diadakan, karena disitulah Aga meminta izin secara sakral kepada keluarga Ayu dan keluarganya bahwa Aga dan Ayu sedang berpamitan memulai hidup baru mereka.
Aga juga mengusahakan, sebelum mereka menikah, ia harus bisa membeli rumah untuk ia dan Ayu tinggal. Tidak memungkinkan untuk tinggal di apartemennya, karena terlalu kecil, lagipula setelah menikah Aga dan Ayu berencana langsung punya anak.
---
Lima bulan pernikahan.
Aga berkali-kali memijat bahu kirinya yang terasa sangat pegal, seharian ini ia hanya duduk di kursi kerjanya sambil mengerjakan beberapa lagu. Tidak lupa Aga mengunci mobilnya sebelum masuk ke dalam rumah.