Alarm Ayu berbunyi sangat keras, tangannya menjelajahi bawah bantal dimana ia biasa meletakkan ponsel, ketika berhasil diraih, ia menekan tombol kunci untuk menghentikan bunyi alarm yang sangat mengganggu tidurnya.
Ia menguap sebentar lalu mengusap matanya, berusaha untuk bangun. Ketika ia membalikkan badan, Aga sudah tidak ada di samping. Ayu membuka ponselnya dan ada beberapa pesan dari Aga.
Ia langsung menoleh ke arah meja makannya. Bekas makanan semalam sudah rapi. Aga berarti sudah membereskan sisa makanan semalam. Ada satu paper bag berukuran sedang di atas meja kerjanya.
Dengan langkah gontai dan masih setengah sadar, Ayu berjalan. Ia mengintip di dalam sana ada apa saja.
Onigiri, sandwich, susu, kuncir rambut berwarna ungu, jepit rambut berwana ungu, dan satu scented candle aroma Salted Caramel Popcorn.
"Banyak banget." Bisik Ayunda sedikit bingung dengan semuanya.
Dan ada secarik kertas yang terselip di sana, Ayu membukanya dan ada tulisan tangan Aga.
"To lose someone you love is the very worst thing in the world. It creates an invisible hole that you feel you are falling down and will never end. People you love make the world real and solid and when they suddenly go away forever, nothing feels solid any more."
Ayu spontan tersenyum. Lalu melipat lagi kertasnya, nanti akan ia letakkan di kotak khusus dimana ia menyimpan kertas-kertas pemberian dari Aga.
Tidak jarang Aga mengirimkannya hadiah dan disitu ia selalu menyelipkan kartu atau kertas dengan tulisan tangannya sendiri, untuk Ayunda. Dan semua kertas itu selalu Ayunda simpan di sebuah kotak khusus yang ia letakkan di dalam lemari.
Ayu duduk di meja kerjanya, sebelum makan dan mandi ia ingin menelfon Aga dahulu.
Di deringan kelima, Aga baru menjawab panggilannya.
"Ga."
"Iya? Kenapa?"
Suara Aga di telfon terdengar sangat pelan dan seperti sedang kelelahan. Ayu nggak tahu Aga tadi pagi bangun jam berapa dan meninggalkan apartemennya jam berapa.
"Masih kerja ya?"
"Iya. Dikit lagi selesai."
"Kamu udah makan belum?"
"Aku udah minum kopi mesen dari hotel, tadi kafe yang di lobby apartemen kamu belum buka."
"Kamu bangun jam berapa emang?"
"Jam lima. Aku mau bangunin kamu nggak tega."
"Iya nggak apa-apa."
"Kamu selesai jam berapa? Mau kujemput aja?"
"Jam tiga sore kayaknya. Habis naruh proposal ke ruangan prof, mau ke klinik, klienku udah buat janji, sama mau ngisi webinar hari ini. Kalau kamu jemput kan nggak ada kendaraannya."