"Mau aku jawab bercanda apa serius, Ay?"
Setelah mendengar responnya, gue semakin malas dan memutar bola mata sebal.
"Bercanda, Ayunda."
Nafas gue terdengus kasar. Ternyata seperti ini lebih capek. Jadi ini salah siapa? Tentu salah gue yang mau maunya menanggapi Aga kembali.
"Jangan marah dong." Dia sedikit membujuk.
"Nggak. Siapa yang marah deh, sok tau." Balas gue sedikit ketus.
Menyadari kami sedang ada di dalam taksi dan nggak lucu rasanya ribut-ribut kecil begini. Mungkin si bapak supir sedang menahan tawa melihat dua orang dewasa di pertengahan usia dua puluh sedang saling ledek.
"Aku paling mampir 30 menit aja ya, Ay. Habis itu langsung cabut ke studio."
"Iya... Kalau ada pusing lagi suruh Ajun anter kamu pulang."
"Semoga sih nggak muncul lagi demamnya. Udah sembuh kalau ada dokter Ayunda."
Gue menahan senyum. Bisa-bisanya dia ngomong asal.
"Aku mau ngomong sama kamu."
"Ngomong apa? Di sini aja."
"Maunya di kost aja."
"Mau ngomongin apa sih?" Gue menyerbu dengan penasaran.
"Ngomongin apa aja, ngajakin kamu balikan kalau kamu mau."
Gue yakin omongannya barusan itu nggak ada yang serius. Gue nggak mau ya ngerasa harga diri gue jatuh lagi karena terbawa perasaan. Keep calm, Ayunda. Ya meskipun ini jantung udah kayak lagi berantem di dalam dada.
Taksi yang kami tumpaki berhenti di depan kost, Aga sudah membayar argo lewat aplikasi, jadi kami langsung turun dan nggak lupa bilang terima kasih ke bapak supir.
Gue membuka kunci kost, Aga masih menunggu di belakang. Ketika pintu terbuka gue langsung masuk dan Aga mengikuti. Dia meletakkan paper bag berisi baju kotor gue dan satu paper bag lagi berisi dua gelas minuman yang tadi kami beli di cafe apartemen Aga. Dia mengeluarkan isinya, nggak lupa dengan makanannya juga.
"Ini kamu makan dulu." Aga menyodorkan tuna pastry, "atau mau masak nasi?"
Gue mengambil tuna pastry, mengambil satu gigitan penuh. Enaaaakkkkk banget. Kebetulan gue juga sudah mulai lapar sih. Huhu kenapa Aga beli satu aja ya.
Oh masih ada satu croissant almond. Aga hanya diam duduk di pinggir kasur sambil melihat gue yang lahap memakan pastry ini.
"Mau?" Tawar gue.
"Nggak. Kamu aja."
"Croissantnya kamu makan, Ga. Kayaknya aku makan satu ini aja udah lumayan kenyang."
"Nanti buat aku nyemil di studio, boleh?"
"Boleh, Ga. Kan belinya pake duit kamu juga."
"Kamu masih mau makan berat nggak? Aku pesenin lewat aplikasi."
"Boleh..." Gue mengangguk cepat, lalu lanjut menggigit pastry. Serius enak banget. Apa kita tambah order ini aja ya, tapi Aga belum makan nasi, "Tapi aku bingung, bebas kamu aja yang pilih."
Aga menelusuri handphonenya begitu serius, sampai menggigit bibir dalamnya. Jempolnya bergerak bolak-balik memilih menu. Nggak lama sepertinya dia sudah memutuskan menu apa yang akan kami makan di sini.
Gue menyerahkan semuanya pada Aga karena tahu dia pasti mengerti dengan selera gue. Yakin aja sih... telepati aja deh biar dia ngerti juga hahaha.