13.

471 63 1
                                    

Gue benar-benar merasa bersalah pada Mikha karena begitu merepotkan dia di tengah malam begini dan mengacaukan acara hangout kami berdua. Ditambah, gue meminta tolong dia untuk berhenti di apotik manapun yang masih buka 24 jam, hanya demi membeli obat penurun demam untuk Aga dan juga obat untuk asam lambung, jaga-jaga jika Aga mengeluh tentang lambungnya.

Saat gue menghubungi Theo lagi, dia nggak bisa memastikan apa yang Aga rasakan karena cowok itu bilang Aga benar-benar sudah tidur dan nggak bisa ditanya apa yang dia rasakan.

"Iya itu gedung apartemennya, Mik." Gue menunjuk pada gedung apartemen Aga.

Mikha meminggirkan mobilnya di tengah jalan.

"Mau aku anterin ke dalem?"

"Nggak perlu... Makasih banyak ya, Mikha. Maaf banget aku harus ngacau acara hangout kita."

Dengan terburu-buru gue langsung keluar dari mobil. Ah- gue lupa ada yang harus gue bilang pada Mikha, gue memutar balik badan dan berlari kecil, mengetuk kaca mobil, dan nggak lam Mikha menurunkannya.

"Kalau udah sampe rumah, kabarin aku ya. Hati-hati, Mik."

Setelah itu gue langsung berbalik lari menuju gedung apartemen Aga. Di luar ada satpam yang berjaga.

"Mbak Ayunda!" Salah satunya menyapa gue, mengharuskan gue berhenti dan mundur dua langkah.

Ternyata pak Supri, satpam yang dulu akrab dengan gue, ternyata dia masih bekerja di sini.

"Pak Supri!" Gue tersenyum lebar, setelah lama nggak bertemu beliau.

"Kemana aja mbak? Baru keliatan nih. Kenapa to sampe lari-lari begitu?"

"Maaf banget pak, aku buru-buru soalnya Aga lagi sakit. Nanti kita ngobrol lagi ya pak!"

Pak Supri mempersilahkan gue untuk lanjut ke dalam. Kaki gue menghentak beberapa kali, menunggu lift agar cepat terbuka. Rasanya seperti sedang lari marathon, nafas gue sudah nggak karuan.

Lift terbuka gue langsung masuk dan menekan angka delapan, menuju lantai apartemen Aga.

Sebenarnya gue takut berada di lift sendirian tengah malam. Sial. Jam satu pagi. Rasa takut gue mulai membuncah dan gue memejamkan mata membaca doa-doa apapun yang muncul di kepala gue, pokoknya yang penting gue selamat dari kejahatan dari makhluk apa saja.

Ting!

Begitu bunyi lift berdenting, gue langsung memastikan apakah gue berhenti di lantai yang tepat.

8th floor.

Alright! Gue segera keluar, menuju pintu apartemen Aga yang nggak terlalu jauh dari lift.

Gue sebenarnya ragu apakah kode pintu apartemen Aga masih sama atau tidak, tapi gue mencoba sekali. Menekan angka yang menandakan kode tanggal ulang tahun gue.

950516

Dan benar! Ternyata Aga belum mengganti nomor kodenya sejak dia pindah kesini.

Kaki gue langsung menjajak masuk, meletakkan sepatu gue di rak dekat pintu. Dan berjalan cepat ke dalam.

Theo dan Wira sedang duduk di sofa ruang tengah, menonton televisi milik Aga. Mata mereka berdua langsung tertuju pada gue ketika gue sampai dengan menenteng satu keresek kecil berisi obat.

"Aga masih tidur?" Gue langsung bertanya.

"Udah. Mbak kesini sama siapa?" Tanya Wira.

Gue melipir ke pantry sebentar, mengambil segelas air dan meneguknya cepat. Rasanya sangat haus dan gue masih ngos-ngosan.

heroine of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang