"Kamu udah izin ke Aga kan Yu kalau mau nginep disini?" Tanya Saras pada Ayunda ketika gadis itu baru saja sampai dan masuk ke kamar Saras, karena Saras sedang bed rest.
"Baru ngechat aja sih, itu juga belum dibales sama Aga. Sibuk kayaknya lagi nyiapin rilis lagu sama Enam Hari."
Ayunda melipir ke kamar mandi sebentar, untuk mencuci tangan dan kakinya. Kembali lagi ke kamar Saras dan duduk di pinggir kasur.
"Gimana mbak? Udah enakan?"
"Masih mual sih. Nyeri perutnya juga udah nggak terlalu parah."
Tangan Ayunda langsung bergerak mengusap perut Saras yang belum terlalu membesar karena usia kehamilannya masih menginjak sembilan minggu.
Pulang dari kursus IELTS, Ayunda langsung segera menuju rumah Saras untuk menemaninya di rumah, karena Sandi harus pergi ke Lombok karena ada sponsor pekerjaan yang tidak bisa dibatalkan. Kalau Sandi membatalkannya secara tiba-tiba, bisa jadi dia kena gugat. Karena ini ada hubungannya dengan konten perusahaan besar untuk diexpose di media sosial milik Sandi dengan jumlah followers hampir dua juta.
Kabar nggak enaknya, Sandi harus meninggalkan Saras yang baru saja kemarin mengalami perdarahan, nyeri perut, dan muntah hebat hingga berat badannya turun. Beruntung sudah sempat ke klinik kandungan terdekat, jadi Saras sudah diberikan cairan infus dengan obat untuk meringankan muntah hebatnya saat kehamilan sekarang. Dan dokter hanya menyarankan Saras untuk bed rest, beruntung perdarahan kali ini janin dalam kandungan Saras masih bisa dipertahankan.
"Mbak Saras nggak apa-apa kan?" Tanya Ayunda, raut wajahnya terlihat sangat sedih.
"Nggak apa-apa sih, aku udah cukup lega waktu cuma disuruh bedrest. Udah nangis-nangis sama mas Sandi, takut banget dikuret."
"Syukurlah. Lagi kecapean ya mbak? Lagi stress? Karena ngurusin resto? Apa karena mas Sandi?"
Saras tertawa dengan pertanyaan Ayunda.
"Iya nih pusing aku ngurusin mas Sandi. Aku yang hamil tapi dia yang banyak mau."
Ayunda meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, takut Sandi yang sedang bersiap-siap ikut mendengar, lalu ikut tertawa bersama Saras.
"Emang kata dokter diagnosanya apa mbak?"
"Hiperemesis* sama abortus imminens**."
* Hiperemesis gravidarum: muntah-muntah dan mual hebat saat kehamilan, biasanya mengakibatkan dehidrasi dan berat badan menurun.
** Abortus Imminens: perdarahan saat usia kehamilan kurang dari 20minggu, biasanya disertai nyeri pada perut bagian bawah. Kehamilan masih bisa dipertahankan untuk kasus ini, karena jaringan janin belum keluar dan mulut rahim masih tertutup.Ayunda merasa iba pada Saras. Karena tahu perjuangan Saras dan Sandi untuk bisa mendapatkan dua garis merah pada testpack itu sangat tidak mudah. Baru saja kehamilannya beranjak di usia 9 minggu, Saras sudah mengalami hal yang cukup menakutkan dan asing bagi Ayu. Mendengarnya saja Ayu sudah ngeri duluan.
"Ras." Sandi tiba-tiba masuk ke dalam kamar, sudah mengenakan hoodie, celana jeans, dan snapback di kepalanya, "Eh... Ayunda kapan dateng?"
"Baru aja sampe, Mas." Jawab Ayunda.
"Gue minta tolong ya, Yu, jagain Saras sebentar. Lusa gue udah balik kok. Jangan boleh turun kasur kecuali mandi sama buang air ya." Perintah mas Sandi pada Ayunda, lalu Ayu menunjukkan tanda "OK" dengan jarinya.
Sandi menaiki kasur, bergerak ke sebelah Saras, mencium kening istrinya, "Aku berangkat ya. Kalau ada apa-apa ada Ayunda, aku juga udah titip ke anak-anak buat jaga-jaga kalau kalian berdua butuh apa-apa. Kalau mau pesen makanan jangan sembarangan ya."