Ayu menguap berkali-kali sambil duduk di kafe bandara, memerhatikan orang-orang yang lewat di hadapannya. Ia dan Aga sudah sampai di Bandara untuk ke Bali. Ayu masih sangat mengantuk karena ia hanya tidur tiga jam semalam. Harus mengemas barang untuk dia bawa ke Bali dan juga mengerjakan tugas yang harus ia selesaikan agar saat di Bali waktunya tidak tersita hanya untuk tugas saja.
Meskipun Aga juga ikut andil membantu Ayu mengemas barang. Tapi, tetap saja Ayu tetaplah Ayu, dia nggak ingin merepotkan Aga dan hanya mempersilakan Aga untuk merapikan setengahnya saja.
"Coba dicek barang kamu ada yang ketinggalan gak sebelum check in." Aga menginterupsi agenda Ayu yang sedang menyesap peppermint chocolate cream miliknya.
Ia dan Aga memutuskan untuk duduk di kafe bandara sebelum check in tiket pesawat mereka.
Ayu meletakkan tas selempangnya di atas meja, lalu mengecek ada apa saja di dalamnya.
"Dompet aman, powerbank aman, earphone aman, sisanya ada di koper aku males ngecek."
"Gi dibawa nggak? Nanti malah nggak bisa tidur di sana."
Ayunda mencebik sebal, "Udah. Seinget aku udah aku masukin ke dalem koper."
"Kan seinget kamu, coba dicek dulu."
Ayunda merengut kesal. Dia paling nggak suka membuka kopernya lagi, kecuali sudah sampai di penginapan. Akan menyusahkan karena koper kecilnya cukup penuh dengan barang bawaannya.
"Udah kok... Aku males buka lagi nanti harus diberesin lagi tutupnya susah."
"Yaudah aku nggak tanggung jawab loh kalau ketinggalan, jangan nyari-nyari aku buat dipeluk nanti kalau kamu nggak bisa tidur."
"Kan ada guling."
"Gulingnya nggak wangi parfum aku."
"Ish aku sefanatik itu apa sama kamu sampe harus bisa tidur tanpa nyium wangi parfum kamu."
Aga memajukan badannya, memasang raut muka meledek, "Emang iya kan?"
Ayunda langsung mendorong wajah Aga untuk menjauh. Lalu, Ayunda tersadar sesuatu!
"Handphone aku?" Dia meraba hoodienya, mencari ponsel yang baru sadar sejak turun dari taksi belum ia pegang sama sekali. Lalu mengobrak-abrik tasnya. Sama saja tidak ada. Di kantung celana pun nihil.
"Hayo dimana?"
"Ga, hp aku perasaan udah aku bawa."
Mukanya mulai panik, lalu mengeluarkan semua barang yang ada di dalam tasnya. Nihil. Handphonenya tidak ada dimana mana.
Ayu sibuk mencari sementara wajahnya sudah memerah, ingin menangis.
"Ini." Aga menyodorkan ponsel berwarna putih Ayu dengan casing berwarna ungu itu.
Ayu menghembuskan nafas lega, langsung memeluk ponsel miliknya di dada.
"Kamu nemu dimana?"
"Di kursi taksi. Hampir ketinggalan tadi habis kamu mainin nggak langsung dimasukin ke tas."
"Huuu makasih, Ga." Ponselnya langsung ia masukkan ke dalam tas.
"Makanya kamu perhatiin kalau punya barang, jangan berdasarkan perasaan kamu aja udah dibawa, tuh buktinya perasaan udah dibawa, tapi hampir ketinggalan di taksi."
Bibir Ayu melengkung ke bawah, "Galak ih."
Kedua alis Aga terangkat tinggi, "Bukannya galak, aku cuma ngingetin kamu. Jangan dibiasain ceroboh. Bisa jadi Gi juga belum kamu bawa, perasaan kamu aja yang bilang udah masukin ke koper. Jangan-jangan ada barang kamu juga yang belum dimasukin. Underwear? Charger? Laptop? Jangan cuma mikirin hal yang nggak penting aja."