36.

398 48 1
                                    

Ayunda sedari tadi hanya membuka laptopnya tanpa ada semangat untuk mengerjakan apapun. Niatnya dia ingin mengerjakan tugas presentasi yang akan dikumpulkan minggu depan. Baru saja mengerjakan lima slide, Ayunda berhenti sebentar. Pikirannya terlalu terdistraksi dengan ruang obrolannya dengan Aga yang tidak ada pemberitahuan sama sekali.

Semenjak kejadian kemarin, ia belum menghubungi Aga. Banyak yang Ayunda sesali atas omongannya semalam, yang seharusnya tidak ia bicarakan pada Aga.

Dia nggak ingin pertemuan setelah sembilan bulan itu berakhir buruk. Hah... Rasanya bikin kepala Ayu mau pecah. Bukankah seharusnya pertemuan antara dua orang yang saling rindu satu sama lain itu dihadiahi pelukan hangat? Bukan pelukan disertai tangisan seperti semalam.

Gi —Boneka gajah yang Aga berikan pada Ayu, ia peluk dengan erat. Ayu memutuskan menamakannya Gi karena nama itu selalu mengingatkannya pada nama Yogi di nama terakhir Aga.

"Aku kangen Aga, Gi." Ujarnya sambil mendekap Gi. Menutupi wajahnya dengan seluruh bagian tubuh Gi. Seolah Gi bisa mendengar curahan hati Ayunda.

Tapi, beginilah kebiasaannya jika Ayu sedang tidak memiliki teman untuk bicara. Dia akan curhat pada Gi, meluapkan semua yang mengganggu pikirannya, meskipun ia tahu Gi tidak akan menanggapi apapun. Tapi, Ayu merasa sangat lega. Membagi sedikit bebannya pada Gi.

Lagipula ini sudah hampir tengah malam, artinya pertengkaran mereka sudah terjadi hampir 24 jam yang lalu. Ayu sangat ingin menelfon Aga, tapi Ayu bingung, mungkin juga Aga sudah kembali ke Jakarta?

Seketika ingatan akan hubungan dengan Aga kembali berputar, sejak mereka pertama bertemu, saat Ayu pertama kali sadar bahwa ia mengagumi Aga, saat mereka berpacaran, saat Aga pertama kali meminta izin untuk menggenggam tangannya, ingatan tentang pertengkaran pertama mereka yang sangat hebat, wisuda Aga, sidang skripsi Ayunda, saat mereka bertemu kembali di Jakarta dengan mimpi yang berbeda, putus pertama kali, saat mereka kembali, dan saat Aga mengatakan ingin serius dengan Ayu.

Sudah banyak yang mereka lewati dan Ayunda nggak ingin semuanya selesai dengan Aga untuk kedua kalinya. Ayu sangat beruntung menjalani semuanya dengan Aga. Dia nggak ingin jika Aga harus pergi. Nggak. Untuk yang kedua kalinya nggak akan.

Ia mengangkat wajahnya, Gi masih dipeluk erat, Ayu melihat kontak Aga yang terakhir dilihat sore tadi pukul enam. Sedangkan sekarang pukul sepuluh malam.

Ayu menyingkirkan egonya. Pokoknya ia ingin menyelesaikan semua dengan Aga.

Dengan sigap, Ayu menekan tanda panggilan. Lalu di dering ke empat, Aga sudah menjawab panggilannya.

"Ayunda?"

Ayu menggigit bibir bawahnya sebentar.

"Ga?"

"Kenapa?"

"Kamu udah balik ya ke Jakarta?"

"Belum. Masih di sini."

Di sini. Apa maksud Aga Surabaya?

"Kenapa?"

"Aku mau ngomong, Ga."

"Aku boleh ke sana?"

"Iya."

—-

Ayu menunggu Aga sambil duduk di pinggir kasur. Ia memainkan kaki Gi dan terkadang menekan-nekan wajahnya. Seperti permintaan Aga, Ayu sangat menjaga Gi dengan baik, seperti Gi adalah anaknya sendiri. Ayu nggak bisa tidur tanpa memeluk Gi, jadi teman curhat, selalu meletakkan Gi di samping bantalmya, Gi juga rajin Ayu laundry agar bersih, terkadang Ayu suka menyemprotkan parfum seperti yang Aga pakai ke Gi.

heroine of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang