"Kamu tidur bawah?" Tanya gue seketika Aga menggelar matras di bawah tempat tidur.
Karena Aga baru pulang dari Makassar, gue menemaninya istirahat di apartemen milik Aga. Setelah makan, kami langsung ingin tidur karena gue juga merasa lumayan capek berdiri saat menonton konser tadi.
"Iya. Kenapa? Mau aku tidur di atas sama kamu?"
Gue menggeleng cepat lalu menarik selimut menutupi badan.
Beberapa menit hening, sepertinya Aga juga sudah tidur. Sedangkan gue nggak bisa tidur sama sekali. Ada hal yang gue pikirin.
Tentang persiapan beasiswa magister yang akan gue ajukan tahun depan.
"Ay, tidur." Suara Aga cukup mengagetkan gue.
"Aku kira kamu udah tidur." Gue mengintip ke bawah.
Mata Aga masih terpejam, tapi mulutnya masih bisa berbicara.
"Kamu mikirin apa jam segini?"
Gue kembali ke tempat semula, menatap langit-langit kamar Aga. Bilang ke Aga nggak ya? Gue takut...
"Ga..." Panggil gue pelan.
"Hmm?"
"Aku..." Gue menggigit bibir bawah sebentar sebelum melanjutkan, "... Aku rencana mau ambil beasiswa magister, Ga."
Nggak ada jawaban dari Aga, justru diamnya dia semakin membuat gue merasa nggak nyaman. Jemari gue nggak ada berhentinya memainkan selimut.
"Aku udah ngurusin surat rekomendasi dari kantor, tinggal persiapan berkas yang lain. Harus siap-siap buat IELTS juga."
"IELTS? Kamu ambil beasiswa Luar Negeri?"
Gue menarik nafas dalam, "Belum tahu... tapi aku mau. Kalaupun nantinya aku milih perguruan tinggi dalam negeri, tapi yang pasti nggak di Jakarta. Aku rencana mau ambil kampus Jogja."
"Hmmm... gitu."
Gue tahu Aga nggak mungkin kecewa sih dengan keputusan gue atau melarang apa yang ingin gue lakukan. Tapi, rasanya sangat berat untuk menyuarakan keputusan ini.
"Persiapin sebaik mungkin, kalau kamu ambil kampus luar negeri pastiin itu kampus terbaik buat jurusan kamu. Cari-cari di internet wawancara buat beasiswa, wawancara, psikotest juga, aku yakin kamu bisa satu tahun ngejar target skor IELTS. Siapin mental kamu buat thesis nanti. Karena S2 nggak sama kayak S1. Cari alumni kamu yang pernah dapet beasiswa jenjang magister, tanya ke mereka, belajar yang rajin. Mantepin alasan kamu S2 juga bukan semata karena jenuh kerjaan.
Aku tahu ini impian kamu sejak dulu, jadi jangan sia-siain. Jangan remehin keinginan kamu sendiri, aku tahu kok kamu bakal usaha dengan maksimal. Aku bakal dukung, Ay."
Aga berbicara panjang, gue mengintip sekali lagi ke bawah dan ternyata dia sudah tidur. Hih... ngantuk masih sempet-sempetnya ngomong panjang kali lebar. Kali ini gue yakin sih Aga sudah tidur dari deruan nafasnya yang terdengar lebih teratur.
—-