17.

388 55 0
                                    

"Habis ini Avengers boleh nggak?"

Aga sedang memilah film apa saja yang akan kami jadikan ajang balas dendam atas kelelahan gue hari ini.

"Terserah, Ga."

Gue mengeluarkan beberapa stok cemilan yang sudah menipis di laci dapur. Hanya dua bungkus ciki udang yang gue beli beberapa minggu lalu. Dan paling stock makanan instan yang tersisa hanya mie instan dan kornet. Gue terlalu malas untuk stock bahan masakan. Karena nggak terlalu mood juga untuk masak.

"Kamu mandi dulu gih. Biar aku pesen makanan, jangan makan ciki terus, Ay. Nggak sehat."

Gue mendengus malas, lalu masuk ke kamar mandi. Kenapa ya hari ini mood gue jadi berantakan hanya karena hal yang seharusnya nggak usah dibesar-besarkan di kantor. Bahkan sedari gue selesai bicara dengan Shella, gue nggak sanggup untuk bercengkrama dengan orang-orang.

Begitu air shower menghujani badan, gue merasa seenggaknya merasa lebih segar dan sedikit lebih baik daripada sebelumnya. Memang mandi itu obat termanjur kalau lagi badmood.

Gue langsung pakai piyama tidur, pasti di tengah binge watching yang gue lakukan dengan Aga, ada saat dimana gue tertidur.

Saat keluar dari kamar mandi, Aga sudah menggelar kasur matras yang biasa kami gunakan dulu untuk menonton tv di bawah lantai, atau biasa untuk Aga tidur kalau dulu dia menginap di sini. Nggak lupa semua koleksi bantal yang tadinya di atas kasur, dia pindahkan semua ke bawah, dan juga selimut.

Melihat gue yang sudah selesai, dia menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya. Gue mengambil bungkus ciki dan dua kaleng cola untuk kami nikmati selama film berlangsung.

"Jangan protes. Please hari ini aku mau nyemil." Baru saja Aga membuka mulutnya, siap mengomeli gue yang nggak ada habisnya makan-makanan ringan.

Lion King

Salah satu comfort movie gue kalau sedang nggak semangat.

"Ga, lupa matiin lampu." Gue menoleh ke Aga yang sedang meneguk cola.

Tanpa babibu, Aga langsung berdiri, mematikan lampu utama, menutup gorden, dan menyalakan lampu tidur yang lebih remang.

Nah kan begini enak.

"Aku pesen pizza, masih lima belas menit lagi sampe."

Gue menyodorkan ciki yang gue makan, tetap saja dia ambil. Dasar padahal tadi dia mau mengomeli gue karena makanan ini.

"Enak, Ay."

"Hush... udah minta sekali aja."

Tangan gue menarik kembali bungkus ciki yang Aga pegang. Mencegahnya untuk mengambil isi ciki kesukaan gue. Ini hanya balas dendam karena tadi dia melarang gue.

"Minta sedikit lagi."

"Nope! Itu udah mulai!!!"

Film dimulai dengan scene matahari terbit dan hewan-hewan di savana berkumpul di satu titik, untuk melihat pemberkatan Simba dan penyerahan tahta sebagai calon raja hutan.

Gue terbawa ke dalam suasana film, seolah gue menyamar sebagai pasukan singa betina di dalam sana. Haha by the way dulu gue memang memiliki cita-cita aneh ingin menjadi singa dan tinggal di Afrika. Sayangnya gue manusia dan nggak bisa berubah menjadi singa.

Entah sejak kapan juga satu kardus berisi pizza sudah tergeletak di hadapan gue. Satu lembar gue ambil dan menggigitnya tanpa memastikan rasa apa yang Aga pesan. Tapi, dari toppingnya bisa gue tebak ini pepperoni.

Gue menengok sebentar pada Aga, ingin melihat apakah dia ikut menikmati film atau nggak. Dan ya... malah ekspresinya kelewat serius.

"Kenapa?" tanyanya tanpa mengalihkan matanya pada layar televisi di depan kami.

Sedikit terkejut dan dada gue deg-degan setengah mati, gue memilih nggak menawab dan lanjut menonton. Bagian terseru ketika kumpulan hyena mulai menyerang Scar.

Dan ya... tipikal film disney pasti protagonis selalu menang dan villain akan kalah. Meskipun gue tetap tahu bagaimana akhir dari film ini, tapi gue suka. Karena bisa menonton dengan mengalir, tanpa menebak bagaimana alurnya. Mendistraksi pikiran gue dari hal-hal memusingkan di kantor seharian ini.

"Sekarang apa?" tanya Aga ketika credit scene dari film sudah muncul, pertanda film sudah selesai.

"Apa? Katanya kamu mau nonton marvel. Avengers?"

Gue meraih laptop yang tersambung ke smart tv. Mencari film request dari Aga.

"Nggak mau cerita?"

Jari gue yang sedang menjelajahi kursor berhenti.

"Kamu lagi ada yang mau diceritain kan?"

"Nggak ada... lupain aja..."

Film Avengers: End Game gue pilih untuk mengalihkan perhatian Aga, agar nggak membahas lagi. Tapi, Aga justru menjeda filmya, padahal baru opening scene.

"Ayunda, aku nggak apa-apa kalau kamu emang nggak mau cerita ke aku, tapi aku harap kamu bisa temuin temen yang bisa kamu ajak cerita. Biar kamu nggak nyimpen semuanya sendirian. Maaf satu tahun kemarin aku bikin hidup kamu sepi sampai kamu nggak bisa bebas ceritain tentang masalah kamu."

Gila. Kenapa dia bisa tau sih.... Gue sampai lupa kalau gue kenal Aga sudah sangat lama dan dia pun begitu. Sampai Aga sendiri tahu bagaimana gue sampai ke dalam-dalamnya. Tapi, untuk masalah ini tuh sebenarnya nggak pantas untuk gue ceritakan ke Aga. Tentang Mikha, rumor kami berdua, dan spekulasi Shella tentang Mikha yang menyukai gue.

"Nggak apa-apa sih Ga, cuma emang nggak terlalu penting aja aku ceritain. Udah mikir kalau ini bukan hal yang ngeganggu aku kok."

"But, surely, Ay, I want you to tell me about everything about what worse you. Kayak dulu... kayak pas waktu kita pacaran. I want to be that person you to lean on again. Can I?"

"Aku..." Gue gugup setengah mati, sampai nggak berani menatap mata Aga, kepala gue tertunduk dalam, berusaha menyembunyikan kegugupan gue. "... Aku masih butuh waktu, Ga."

The street we used to walk on
As the warm sun shined on us
Now it's full of shadows and darkness
Doesn't look as beautiful as before

—-

—-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
heroine of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang