Gue selalu bertanya-tanya selama ini, apakah gue sudah menemukan soulmate? Apakah di dunia ini gue memiliki twin flame?
Melihat ke sekitar, gue nggak merasa punya ikatan kuat dengan seseorang yang bisa membuat gue berpikir bahwa they're my other half. Hidup di dunia seluas ini hanya membuat gue merasakan kesendirian yang nggak ada ujungnya. Basically, twin flame is someone who has same energy and whole love when our body split into two. Masa iya dari sekian milyar orang yang hidup di dunia ini, gue nggak pernah menemukan mereka?
Hidup selama dua puluh lima tahun di dunia, gue nggak pernah menunjuk seseorang sebagai twin flame, itulah kenapa gue merasa kesepian. Karena nggak ada seseorang yang membuat gue bahwa bukan hanya gue yang seperti itu. Nggak ada koneksi yang menyampaikan energi kalau separuh dari diri gue ini ditemukan. Nggak ada seseorang yang mengajak gue untuk tumbuh dan merasakan cinta dengan energi yang sama.
"Lo tuh nggak butuh nemuin twin flame atau apalah itu, menurut gue soulmate is more extraordinary connection kayaknya buat lo kak." Celetuk Shella sambil melihat-lihat rak yang berisi pallete shadow.
Sehabis ngantor, untuk selebrasi, Shella mengajak gue untuk mengunjungi Sephora.
Sebenarnya bukan selebrasi, ini sih menghamburkan duit berkedok selebrasi saja. Karena, barusan diumumkan secara resmi kalau kabar mutasi itu ternyata bukan ditujukan untuk karyawan kantor gue. Jadi, ternyata ada mutasi dari kantor luar Jakarta ke Jakarta. Gue harus berterima kasih pada Bunda atas doa-doa yang sudah dia rapalkan untuk gue.
"Tapi, menurut lo, Shel, pacar lo itu masuk ke twin flame atau soulmate buat lo?"
Shella meletakkan lip stain yang baru saja dia swatch ke punggung tangan, "Soulmate dong."
"Kenapa lo bisa yakin?"
"Karena kita tuh beda banget. Tapi connectionnya kerasa gitu loh kak. As soon gue kenal dia pun, gue juga ngerasa dia ngebantu gue banyak dan bikin gue ngerasa hidup."
Gue mengangguk paham. Jujur, sedikit iri dengan Shella yang bisa dengan mudah mendefinisikan orang yang dia cintai sebagai soulmate nya. Gue mengingat orang-orang sekeliling gue yang pernah berlalu lalang, dan nggak ada satupun yang cocok dengan definisi itu.
Setelah memulai perang batin antara belanja atau memusingkan pasangan hidup, akhirnya gue memilih cheeks palette fouroscope dari Benefit yang sudah gue idam-idamkan sejak lama karena packaging yang menggemaskan. Gue juga memasukkan lip tatto ke dalam keranjang, oh- dan juga mascara.
Siap-siap gue meringis melihat saldo ATM gue terbakar karena kalap hari ini
"Soulmate lo kan udah ada, Kak."
Setelah membayar kamu keluar dari toko dan memilih jalan-jalan sebentar untuk mencari makan.
"Hah? Siapa?"
"Mas Aga." Lengan Shella menyenggol bahu gue. Kedua bola mata gue berputar malas.
"Ngaco."
"Hah? Kok ngaco sih? Menurut pengamatan gue ya, nggak bisa gue bayangin kalau lo sama mas Aga tuh kepisah. Alias kalian tuh sebenernya kesambung satu sama lain, tapi kalian aja yang mengada-ngada pake putus segala."
"Itu cuma cocoklogi lo aja."
"Iya sih emang, gue ngarang aja sebenernya biar lo kepikiran mau balik sama mas Aga."
Gue tertawa hambar. Shella memang selalu mengada-ada.
"Tapi, kak, kalau lo ketemu twin flame lo bakal kesel nggak sih? Soalnya berasa kita liat kepribadian kita di tubuh orang yang berbeda."