Aruna masuk ke dalam lift di mana beberapa orang mencuri pandang ke arahnya. Dia cukup merasa yakin mereka sedang penasaran dengan dirinya. Setelah sampai di lantai 7, Aruna bertanya di mana ruangan Malik karena terakhir dia ke sini, dia belum sempat masuk ke ruangan pria itu.
Seorang karyawan berusia tigapuluhan menunjuk sebuah ruangan dengan pintu tertutup dan Aruna dengan sopan mengucapkan terima kasih.
Aruna mengetuk dua kali dan saat suara berat Malik berkata "Masuk", Aruna pun membuka pintu dan dia menyembulkan kepalanya terlebih dahulu, khawatir ada orang lain selain Malik di dalam sana.
Malik yang melihat kepala Aruna di ambang pintu, tertawa, "Masuklah. Apa yang kau lakukan di situ."
Aruna pun melangkah masuk setelah memastikan tidak ada orang lain di dalam sana. "Tunggu ya. Sebentar lagi selesai," kata Malik dan Aruna langsung duduk di kursi tepat di depan Malik.
"Ini yang pertama dan terakhir ya," ucap Aruna.
"Pertama dan terakhir? Apanya?" tanya Malik tidak mengerti.
"Ngajakin aku dan Wulan keluar bareng. Kamu nggak adil waktu ngajak aku tadi. Gimana aku bisa ngebiarin kamu keluar berdua sama Wulan. Di lain pihak aku juga berat kalau harus deket-deket sama dia lagi," gerutu Aruna.
Dahi Malik mengernyit. "Kamu masih nggak suka sama dia? Padahal aku udah jelasin aku nggak ada perasaan apa-apa sama dia?"
Mata Aruna melebar. "Iya, aku nggak suka dia dan percaya sama aku, dia lebih nggak suka sama aku," jelas Aruna.
Dia kemudian mengingat bagaimana semua mata memadangnya. "Malik, tadi orang-orang ngelihatin aku dengan aneh," adu Aruna.
"Aneh gimana?" tanya Malik sambil membaca dokumen di depannya.
"Inget adegan di Hana Yori Dango waktu Makino masuk ke sekolah terus temen-temennya pada ngelihatin dia dan ternyata di dinding sekolah sudah tersebar foto dia sama cowok karena dia dijebak? Tadi itu, aku merasa lagi di posisi Makino. Paham nggak?" ucap Aruna berusaha menjelaskan kepada Malik.
"Aku lupa itu film yang mana," kata Malik menerawang.
"Hih," decak Aruna kesal.
Malik tersenyum dan kembali fokus dengan dokumen di depannya.
Menjelang pukul setengah tujuh malam Malik akhirnya selesai dengan pekerjaannya. Dia melihat ke arah Aruna yang sedang sibuk men-scroll ponselnya. Malik pun bangkit dan menghampiri Aruna yang sudah berpindah ke sofa yang ada di ruangan Malik.
"Yuk, aku sudah selesai," ajak Malik dan Aruna berdiri dengan malas sembari menguatkan hatinya dengan berkata, "This is it." Hal tersebut sontak membuat Malik tertawa.
"It won't be that bad," ucap Malik.
Saat keduanya sudah melangkah keluar dari ruangan Malik, beberapa kursi di dalam kubikel sudah kosong karena pemiliknya sudah pulang. Malik berjalan ke arah kubikel Wulan yang berada di pojok ruangan dan Aruna menjaga jarak cukup dekat dengan tunangannya. Kalau dia tidak bisa mengatakan betapa bermuka duanya si Wulan, dia tidak akan memberikan Wulan kesempatan untuk melakukan apapun rencananya.
"Ayo, katanya mau makan mie ayam. Aku sama Aruna nggak bisa lama-lama," kata Malik dan Wulan tersenyum ke arah Malik kemudian Aruna sembari mengangguk.
Ketiganya kemudian turun bersama dan berjalan melewati lobby menuju tempat parkir. Kali ini Aruna benar-benar yakin beberapa karyawan memang sengaja melihat ke arah mereka dengan sangat penasaran.
Saat sudah sampai di tempat parkir, Malik dan Aruna yang hendak masuk ke dalam mobil menghentikan gerakannya saat Wulan tiba-tiba berkata, "Malik, Aruna, maaf ya. Kalian jalan berdua aja tiba-tiba aku ngerasa nggak enak badan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
ChickLit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...