Part 41 - Mata Besar Jernih

2.1K 173 58
                                    

Malam itu, Aruna dan Sebastian berjalan kaki sepulang dari Cantina Rooftop. Keduanya berjalan beriringan cukup pelan, menikmati kebersamaan mereka. Sesekali Aruna tertawa saat Sebastian harus membenarkan posisi langkah kakinya sendiri agar seirama dengan Aruna.

"Kamu orang yang sangat baik," cetus Aruna sambil melihat langkah kakinya.

"Kamu orang yang spesial. Terutama buat aku. Aku dulu mikir kenapa gak dari awal kenal kamu aku langsung ngajakin kamu kencan. Beberapa kali aku mikir alasan aku waktu itu. Dan ... sepertinya aku tahu. Waktu itu hampir setiap hari kita bertemu, ngobrol, dan ... aku merasa nyaman dengan semua itu. Bahkan saat aku mendengar pertunanganmu, aku belum benar-benar merasakan apapun. Namun, semua berubah saat aku mendengarmu menangis dan aku tidak ada di sampingmu. Aku merasa akulah yang seharusnya menjagamu, memastikan kau selalu bahagia, dan selalu tersenyum seperti biasanya," urai Sebastian sambil kemudian meraih tangan Aruna dan mengecup tangannya.

 Aku merasa akulah yang seharusnya menjagamu, memastikan kau selalu bahagia, dan selalu tersenyum seperti biasanya," urai Sebastian sambil kemudian meraih tangan Aruna dan mengecup tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aruna menoleh dan melemparkan senyumnya pada Sebastian.

"Sepertinya masa tua kita bakal seru. Kalau aku bersamamu, sudah pasti akan seru," celetuk Sebastian dengan raut wajah penuh keyakinan.

Aruna tersenyum. Dia sangat bersyukur Sebastian mau menerima. Mau bersabar dengannya. Bahkan di saat Sebastian mengatakan kata-kata manisnya seperti sekarang ini, bayangan Malik kembali hinggap. Dia ingat bagaimana rasanya berjalan seperti ini bersama Malik. Dia merasakan kehangatan yang berbeda dan dia harus bisa membiasakan diri dengan kehangatan yang dipancarkan Sebastian.

"Besok aku bantu-bantu di restoran ya," ucap Aruna, mengalihkan topik percakapan tentang masa tua bersama yang barusan dilontarkan Sebastian.

"Yakin? Kamu duduk manis aja sudah kasih aku semangat," kata Sebastian sambil mengeratkan genggaman tangannya.

"Nggak apa-apa. Aku juga belum pernah masuk dapur kamu," keluh Aruna.

"Tunggu. Dapur? Maaf nona cantik, kau tidak boleh masuk ke dapur," ucap Sebastian tegas.

"Kamu gak percaya aku?" gelak Aruna.

"Aku bisa memisahkan urusan dapur dan urusan cinta. Dan aku cukup tegas soal yang pertama," tambah Sebastian.

"Berarti soal yang kedua kamu gak tegas?" goda Aruna.

"Soal itu ...., aku cukup teguh."

Dan keduanya saling bertatapan dan melempar senyum.

*

"Lain kali, kalau mau ketempatku, telepon dulu. Gimana kalau aku gak ada di dorm. Gimana kalau aku ada kelas dan kamu harus menunggu lama seperti tadi. Aruna kamu dengar kan?" oceh Malik saat keduanya berjalan cepat menuju subway. Wajah pria itu terlihat sangat dingin.

Saat itu Malik belum memiliki mobil sendiri jadi dia memaksa untuk mengantar Aruna kembali ke apartemennya. Malik berjalan sangat cepat sampai Aruna harus setengah berlari untuk bisa menyamakan langkahnya.

Stealing My Fiance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang