Aruna tahu bahwa dia seharusnya tidak menantikan hari ini, tapi tetap saja, dadanya berdegup kencang membayangkan dia akhirnya berkesempatan meluangkan waktu lagi dengan Malik. Sejak pria itu memutuskan pertunangan mereka, keduanya belum pernah benar-benar meluangkan waktu bersama.
Sesakit apapun Aruna waktu itu, hingga dia mengunci diri sendiri di kamar hampir seminggu, Aruna kini tahu apapun yang terjadi, dia hanya ingin Malik bahagia walaupun itu berarti dia tidak memilih dirinya.
"Taufik udah dateng pa," ujar Ayu pada suaminya Damar. Aruna bisa melihat Ayahnya tampak berat dengan ide ini, tapi dia tidak bisa menolak permintaan istrinya.
Ketiganya pun keluar dan melihat Taufik, Anggie, dan Malik keluar dari mobil mereka. Malik menyalami orang tua Aruna. "Aku ikut mobil Malik sama Anggie dan Aruna ya pa. Papa sama Taufik aja," pinta Ayu. Damar melihat istrinya dengan ragu. Tak urung, pria itu tetap mengangguk patuh.
Taufik pun mengekor Damar untuk naik ke mobilnya, sedangkan Ayu dan Anggie sudah naik ke jok penumpang di belakang. Malik melihat ke arah Aruna dan mengangguk saat Aruna juga melihatnya. Dan Aruna pun ikut dengan mobil Malik.
Perjalanan ke Wonosobo memakan waktu sekitar tujuh jam. Mereka berangkat pagi-pagi sekali. Selama di perjalanan, Malik tidak banyak bicara. Begitu juga dengan Aruna. Hanya Ayu dan Anggie yang sepertinya masih asyik mengobrol tentang kenangan mereka bersama Irene, teman yang hendak merekai temui ini.
"Mau gantian sama aku?" tanya Aruna setelah sekitar empat jam perjalanan.
"Gak perlu. Kamu tidur aja gak apa-apa," jawab Malik. Aruna menatap ke Malik. Pria ini hanya diam sepanjang perjalanan. Aruna merindukan Malik dan dia menikmati duduk di samping Malik walaupun mereka tidak saling bertukar kalimat. Aruna menatap ke jok belakang dan mendapati ibu mereka sudah tertidur.
"Kapan ya kita terakhir ikut ke Wonosobo?" tanya Aruna mencoba membuka obrolan.
"Waktu kita kelas lima SD. Kita menginap di sana lima hari," jawab Malik.
Aruna tertawa kecil. "Kami masih inget ya," sahut Aruna.
"He em," gumam Malik.
"Aku pengen ke Prau lagi, sama padang savana Dieng," celetuk Aruna lagi.
Malik tersenyum dan senyum itu tertangkap mata Aruna. Aruna menghela napas pelan. Hanya berbincang seperti ini rasanya dia sudah merasa puas. Apapun yang bisa dia bagi dengan Malik merupakan kebahagiaan bagi Aruna. Bahkan hal kecil seperti ini. Dia ingin selalu bisa berbagi dengan Malik.
Malik menoleh sekilas ke Aruna dan keduanya bertatapan selama sedetik sebelum Malik kembali fokus dengan jalanan di depannya.
"Gak laper?" tanya Malik.
"Nggak. Kamu laper?" Aruna bertanya balik dan Malik menggeleng.
Setelah berkendara selama tujuh jam lima belas menit, mereka semua akhirnya sampai di rumah tante Irene. Ibu Aruna dan Ibu Malik tersenyum lebar dan saling bertukar pandang saat melihat suami mereka turun dari mobil sambil tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
ChickLit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...