Part 18 - Apa Kau Yakin?

2.2K 201 65
                                    

Malik duduk bersama Mario di restaurant Itali untuk bertemu dengan seseorang. Sejak apa yang dikatakan Wulan beberapa hari lalu, Malik tidak pernah merasa tenang. Dia juga tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari itu.

Malik mengedarkan pandangan ke penjuru restaurant sambil meremas tangannya. Dia tidak sabar orang yang sedang mereka tunggu datang.

Restoran yang dipilih Mario malam itu berada cukup jauh dari gedung kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Restoran yang dipilih Mario malam itu berada cukup jauh dari gedung kantor. Malam itu, restoran tidak seberapa ramai. Dengan ukuran tempat yang luas dan banyak tempat tersedia untuk sekitar lima puluh pelanggan, hanya tujuh orang yang saat itu datang, termasuk mereka. Dengan interior restorant bergaya mewah, tempat duduk nyaman dan empuk, serta lagu klasik yang menenangkan, Malik masih saja tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya.

"Relax man," kata Mario yang duduk di sampingnya.

Di hari yang sama saat Wulan memberitahunya tentang orang tua Aruna, Malik langsung menghubungi Mario. Malam itu juga dia menceritakan apa yang baru saja dia ketahui. Karena itulah dia meminta bantuan Mario untuk menemukan seseorang yang bisa mencari tahu tentang kebenaran berita tersebut.

"Apa Wulan mendatangimu lagi?" tanya Mario.

"Dia sengaja membuatku terprovokasi. Semakin lama aku menunda mengambil keputusan tentang Aruna, semakin dekat pula ke tanggal pernikahan kami. Hal itu baginya, menjadi semakin menyenangkan," ucap Malik.

"Aku tidak menyangka dia segila itu," sahut Mario sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku juga tidak pernah menyangka dia orang yang seperti itu. Selama ini ... aku merasa kasihan padanya," ujar Malik.

"Wanita yang sedang jatuh cinta kadang cukup menakutkan," celetuk Mario.

"Tidak. Ini hanya dia."

Pintu restoran terbuka. Baik Malik dan Mario sama-sama menoleh ke arah pintu. Saat Mario berkata, "Ah itu dia," Malik seketika merasa lega. Pria itu memakai kemeja kotak berwarna putih biru berlengan pendek dan celana jeans panjang. Penampilannya sangat rapi dan jauh dari kesan bahwa orang ini bisa mencari informasi apapun yang kau butuhkan.

Pria itu melihat ke arah mereka berdiri dan tersenyum ke keduanya. Dia berjalan mantap ke meja Malik dan Mario. Masih dengan senyum ramah yang sama, pria itu menjulurkan tangan dan menyalami dua orang yang sudah menunggunya.

"Duduklah," pinta Mario dan pria itu terlihat sangat sopan saat mengangguk dan duduk di antara Malik dan Mario.

"Kau mau pesan apa?" tanya Mario sembari menyerahkan buku menu padanya.

"Tidak, tidak perlu. Aku hanya akan menyerahkan ini dan pergi," kata pria itu.

"Jadi apa yang kau dapatkan?" kali ini Malik yang bertanya, sudah ingin langsung ke topik utama.

Pria itu kemudian membuka tas tangannya dan mengeluarkan beberapa dokumen. Bahu Malik melesak turun saat lembaran kertas yang hampir sama dengan yang ditunjukkan Wulan beberapa hari lalu ada di sana. Badannya langsung kaku dan jantungnya berdetak cukup keras.

Stealing My Fiance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang