Seharian ini Aruna sudah berselancar di internet untuk mencari ide furniture dan barang elektronik yang akan cocok dengan studio barunya. Sebenarnya dia tidak memerlukan banyak barang. Mungkin lebih ke instalasi lampu yang harus dia kerjakan di lantai dua untuk studionya. Sedangkan workshop di lantai tiga akan dia isi hanya dengan satu sofa besar yang sangat nyaman. Dan mungkin kulkas.
Malam ini Malik berjanji akan ke rumah Aruna bersama orang tuanya untuk membicarakan tentang tanggal pernikahan mereka. Membayangkan dirinya dan Malik menikah benar-benar membuat Aruna tidak sabar.
Melalui pesan Whatsapp, Aruna mengirimkan beberapa foto furniture yang diinginkannya. Namun tidak seberapa lama, Malik juga mengirimkan foto. Saat membukanya, Aruna semakin tersenyum lebar. Malik mengirimkan beberapa pilihan gedung resepsi untuk pernikahan mereka.
Di akhir foto-foto tersebut, Malik mengirim pesan. "Aku tahu kau bersemangat tentang mengisi studio barumu, tapi aku harap kau bisa membagi fokusmu dengan rencana pernikahan kita. Ingat, kau tidak boleh berubah pikiran," tulis Malik.
Tentu saja Aruna tidak akan mengubah pikirannya. Selama ini hanya ada Malik dan selamanya akan tetap seperti itu.
Aruna hendak membalas pesan Malik, tapi ponselnya berbunyi dan nama Malik muncul di layar. Dengan cepat, Aruna menggeser tanda terima.
"I miss you," kata Malik segera dari seberang sana. Aruna hanya tersenyum tanpa suara.
"Aku selalu ingat waktu di New York, aku selalu merasa berat setiap kali mengantarkanmu pulang. Setiap kali melihatmu masuk ke gedung, aku selalu ingin mengucapkan I already miss you. Tapi aku hanya bisa diam dan menatapmu. Aku takut kau tidak merasakan hal yang sama," urai Malik dan walaupun Aruna tidak bisa melihatnya saat ini, dia tahu seberapa tulus Malik mengucapkannya.
"You do?" ucap Aruna lirih.
"Kau benar-benar bersinar, dan aku hanya bisa berharap kau akan terbiasa dengan kehadiranku hingga pada akhirnya kau akan merasa kehilangan saat aku tidak ada," kata Malik lagi. Jeda sebentar. "Dan saat kau memutuskan tinggal di sana dan tidak pulang bersamaku, aku merasa tidak percaya diri lagi."
'Dan saat itulah Wulan muncul,' batin Aruna.
"Terima kasih. Karena membuatku terdengar sangat spesial," ucap Aruna sama sekali tidak bisa menduga apa yang Malik rasakan selama ini. Bukankah seharusnya Aruna yang merasa tidak percaya diri harus bersanding dengan Malik? Tapi kenapa Malik yang malah merasakan hal tersebut?
"You are special," ucap Malik. "Aku akan datang nanti malam jam 7."
"Oke. Mama sama papa sudah aku kasih tahu," ucap Aruna.
"Okay. I have to go. See you tonight my future wife," kata Malik dan Aruna memberikan balasan bye singkat sebelum Malik menutup telponnya.
*
"Kau sedang apa?" tanya Malik setelah dia menyelesaikan kelasnya. Dia ingin sekali mengajak Aruna makan siang bersama.
"Ya Malik," jawab Aruna dengan nada khawatir dan tergesa. Malik cukup mengenal Aruna jadi dia tahu ada yang tidak beres.
"Ada apa?" tanya Malik.
"Aku melupakan bukuku. Kelasnya akan segera dimulai. Apa aku harus bolos? Dosennya cukup menakutkan. Aku tidak berani masuk kelas tanpa buku itu. Tapi kalau aku bolos, sama saja aku bunuh diri. Bisa-bisa aku harus mengulang kelas. Aku harus bagaimana?" tanya Aruna dengan panik.
"Aku sedang berada dekat apartemenmu. Kirimkan aku nama bukumu dan password tempatmu. Aku segera ambilkan," ujar Malik.
"No Malik. I can't let you do that."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
ChickLit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...