"I'm getting back my fiance. I'm here stealing my fiance," ucap Aruna sembari tersenyum lebar.
Malik membeku. Dia merindukan gadis yang saat ini berdiri di depannya dengan senyumnya yang cerah. Matanya mulai berkaca. Bolehkah dia berlari sekarang dan membungkusnya dalam pelukannya sekarang? Apakah dia masih harus menahan dirinya? Apakah dia boleh mencoba kesempatan ini? Apakah boleh?
Beberapa hari ini Malik tidak yakin akan keputusannya. Dia terlalu takut membiarkan Aruna menghadapi kenyataan tentang orang tua Aruna. Tapi dia juga masih tidak sanggup merelakan Aruna. Is this the sign? The sign that he should take the risk, now that Aruna is here, standing right in front of his eyes.
"Ex fiance," lirih Malik sambil menatap Aruna lekat.
Gadis itu masih saja tersenyum sambil mengangguk. "You're right. Ex fiance. Forgive me. But you never be my ex bestfriend right?" ucap Aruna.
Malik bisa melihat wajah lelah Aruna walaupun gadis itu masih dengan bodohnya tidak pernah lupa untuk tersenyum. Apa yang membuatnya sampai jauh-jauh ke sini? Aruna diam dan Malik tahu betul dia menunggu reaksinya. Malik berjalan perlahan mendekati Aruna.
Setelah tiga langkah lebar, kini Malik dan Aruna hanya berjarak tiga puluh centi.
"Kamu ... kenapa nangis?" gumam Aruna pelan dengan mata mengernyit. Malik sendiri sudah merasakan air mata menggenang di matanya dan dia tidak mampu membendungnya. Dalam satu kali sentakan, Malik menarik Aruna mendekat ke arahnya dan memeluknya erat.
"Kenapa kau bodoh sekali," kata Malik di sela pelukannya yang erat. Malik melingkarkan kedua tangannya dengan sempurna ke badan Aruna. Dia sangat merindukan gadis ini. Dia terlalu takut kehilangan Aruna. Dia terlalu takut Aruna kehilangan dirinya sendiri. Namun, dia tidak bisa menahannya lagi. Dia ingin bersikap egois.
"Hhmm?" tanya Aruna dengan suara teredam karena pelukan Malik.
"Kenapa kau memelukku? Apa berarti kau masih menyukaiku?" imbuh Aruna tapi Malik sepertinya tidak berniat melepas pelukannya.
"Aku tidak sanggup lagi jauh darimu. Aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa kamu di sampingku," isak Malik. "Kenapa kau bodoh sekali. Kenapa kau jauh-jauh menemuiku," kata Malik dengan suara bergetar.
*
Aruna mengerutkan dahinya. Ini sama sekali jauh dari apa yang dia bayangkan. Kenapa Malik menangis? Kenapa Malik mengatakan dia tidak sanggup jauh darinya. Namun Aruna diam. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap punggung Malik lembut. Malik semakin terisak dalam diam.
Seharusnya hanya tawa yang menular. Namun nyatanya, mata Aruna ikut berkaca-kaca. Dia tidak tahu apa yang membuat Malik menangis namun Malik tidak pernah terisak sampai seperti ini di hadapannya. Dan ... dia sangat merindukan pria ini.
Setelah beberapa menit, Malik akhirnya mengurai pelukannya. Pria itu menangkup wajah Aruna dengan kedua tangannya kemudian mencium dahi Aruna.
"Kenapa kau bodoh sekali," ulang Malik namun dengan tatapan yang teduh.
"Bisa berhenti mengatakan aku bodoh," sela Aruna.
"Karena kau memang bodoh dan aku berterima kasih untuk itu," ucap Malik.
"Ayo, kau perlu istirahat," imbuh Malik cepat kemudian menggandeng tangan Aruna.
Aruna pun menurut dan berjalan mengikuti Malik. Malik mengambil ransel Aruna dan menyampirkan di bahunya. Ada banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan.
Saat di dalam kereta, Malik duduk di samping Aruna dan masih menggenggam tangan Aruna erat seakan Aruna akan menghilang kalau dia tidak melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
Chick-Lit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...