Part 57 - Pekerjaan

3.3K 234 15
                                    

Aruna berangkat ke bandara bersama orang tuanya, Malik, dan orang tua Malik. Sydney ingin menemani Aruna tapi karena ada jadwal syuting, gadis itu pun tidak bisa datang.

Aruna yang sudah selesai di bagian bagasi, menatap Ayu, Damar, Malik, Anggie, dan Taufik dengan penuh rasa syukur dan malu. Aneh. Perasaan malu yang tidak pernah dia rasakan, kini muncul. Bagaimana orang-orang ini bisa tetap menyayanginya setelah tahu tentang latar belakang keluarganya.

Aruna berjalan mendekat ke Ayu dan Damar dan memberikan pelukan erat. "Makasih ya Ma, Pa," kata Aruna sambil bergantian menatap Ayu dan Damar.

"Jangan lupa makan di sana," ucap Ayu dengan mata merah karena terlalu banyak menangis. Aruna tahu kekhawatiran yang dirasakan orang tuanya ini. Karena itu dia harus kembali seperti dulu lagi. Atau kalau pun dia tidak bisa kembali seperti dulu, dia harus bisa menerima semua hal tentang dirinya.

Anggie dan Tafik juga mendekat kemudian memberikan Aruna pelukan singkat. "Baik-baik di sana ya. Kami semua sayang kamu," ujar Anggie sambil mengelus pipi Aruna penuh sayang.

"Makasih Tante," jawab Aruna sambil mengangguk.

Aruna kemudian menoleh ke Malik. Pria itu berdiri diam sambil menatapnya lekat. Aruna pun melangkah mendekat.

"Maafkan aku," ucap Malik dengan suara berat.

"Berhentilah mengatakan kalimat itu. Itu tidak membuatku lebih baik. Itu membuatku semakin mengasihani diriku. Jadi ... tolong," ucap Aruna pelan.

"Baiklah. Aku tidak akan mengatakannya lagi," sahut Malik.

Keduanya terdiam beberapa detik, sebelum Malik kembali bicara.

"Jangan lupakan aku," kata pria itu.

"Tentu saja tidak."

"Aku masih akan terus menunggumu," lanjut Malik.

"Aku tidak akan melupakanmu tapi sebaiknya kau tidak menungguku," sahut Aruna.

Malik menghembuskan napas kasar kemudian menarik Aruna ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan sangat erat.

"Kalau kau tidak mau aku menunggumu, maka kau yang harus menungguku."

Aruna tidak mengerti dengan kata-kata Malik namun sebelum sempat dia membahasnya, panggilan terakhir untuknya terdengar dan dia pun buru-buru berpamitan sekali lagi secara singkat pada semuanya.

*

Setelah melepas Aruna di bandara tadi, Malik kembali ke apartemennya dengan perasaan hampa. Rasanya berbeda dengan saat Aruna memutuskan untuk tinggal setelah lulus kuliah dulu. Saat itu, Malik tidak merasa khawatir mengenai hubungan mereka. Namun sekarang, Malik merasa dia bisa saja kehilangan sesuatu yang istimewa di antara mereka.

*

2 tahun kemudian

Aruna melemparkan tas besarnya di counter restoran yang masih ramai saat itu. Dia kemudian menopangkan dagunya di kedua tangannya.

"Sebaiknya kau pergi. Wajah kusutmu bisa membuat pelangganku pergi," ujar Sebastian sembari menyodorkan segelas air putih.

"Thanks," ujar Aruna sambil menerima air putih dari Sebastian.

"Apalagi kali ini?" tanya Sebastian.

"Ini, lihatlah!" seru Aruna. Gadis itu kemudian memperlihatkan rambut bagian belakangnya. "Ini," seru Aruna sekali lagi.

Sebastian tertawa melihatnya. Rambut Aruna penuh dengan cat warna biru, merah, dan kuning.

"Jadi ... kau akan berhenti lagi?" tanya Sebastian.

Stealing My Fiance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang