"Maafin aku ya Yu," kata Anggie, Ibu Malik pada Ayu. Anggie dan Taufik sudah mendatangi rumah Aruna dan meminta maaf sekali lagi atas keputusan sepihak yang dibuat Malik.
"Bukan sepenuhnya salah kamu Nggie. Kita juga salah karena ngusulin pertunangan ini," sahut Ayu.
"Aruna gimana?" tanya Anggie dengan raut wajah bersalah.
Ayu menyeka air matanya dan menepuk tangan Anggie pelan. "Dia masih butuh waktu," jawab Ayu.
"Aku nggak ngerti sama anakku sendiri. Aku cukup yakin dia cinta banget sama Aruna. Dia bahkan menemui kalian tanpa memberitahu kamu dulu," urai Anggie.
Semenjak Malik memberitahu dirinya dan Taufik tiga hari yang lalu, Anggie masih tidak sanggup menyalahkan anaknya. Entah karena insting seorang Ibu, Anggie bisa melihat penderitaan di mata Malik. Karen itu, Anggie sama sekali tidak mengerti apa yang ada di kepala anaknya. Sejak hari itu, Malik juga langsung kembali ke apartemennya.
Sore itu setelah mengunjungi Ayu, Anggie pergi ke apartemen anaknya. Dia langsung naik ke lantai tujuh.
Setelah menekan bel apartemen dua kali, pintu apartemen terbuka. Malik berdiri di depannya, terlihat sangat tidak baik. Wajahnya pucat, rambutnya berantakan, dan dia tidak mencukur bulu di wajahnya.
"Kamu sakit nak?" Anggie bertanya dengan nada khawatir dan melihat kamar apartemen Malik dalam keadaan gelap.
Anggie buru-buru menempelkan tangannya ke dahi Malik dan benar saja, anaknya itu sedang demam.
"Kamu tiduran dulu, mama bikinin teh lemon hangat ya," ucap Anggie sembari menuju dapur Malik. Anggie tahu kulkas Malik pasti penuh bahan makanan karena anaknya itu lebih suka memasak sarapan dan makan malamnya sendiri.
Dari dapur, Anggie menoleh sebentar dan dia melihat Malik sudah duduk bersandar di sofa besarnya.
Setelah membuatkan Malik minuman hangat, Anggie membawanya ke meja yang ada di depan Malik dan dia duduk di samping anaknya.
"Mama benar-benar gak paham sama kamu. Kamu yang batalin pertunangan ini tapi kenapa sepertinya kamu yang lebih menderita," ucap Anggie.
"Makasih ya Ma," kata Malik mengabaikan kata-kata mamanya barusan dan mengambil teh lemon panas di depannya.
"Mama ke rumah Aruna?" tanya Malik.
Anggie mengangguk. "Iya. Hari ini juga," jawab Anggie.
Tampak ragu sejenak, sebelum Malik bertanya, "Aruna gimana Ma?"
"Mama juga belum ketemu sama Aruna. Tante Ayu cuma bilang Aruna juga butuh waktu buat menerima semua ini," ujar Anggie.
Malik menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar. "Maafin Malik ya ma," ucap Malik.
"Ada apa sama kamu?" tanya Anggie sambil mengusap punggung anaknya.
Malik hanya menundukkan kepala kemudian menggeleng pelan.
Sebelum pulang, Anggie menyiapkan sup dan minuman hangat lagi untuk Malik dan memastikan anaknya itu meminum obat.
Sepulang Anggie, Malik kembali terbaring di tempat tidurnya. Selama tiga hari ini, dia meminta Mario menggantikannya. Wulan beberapa kali meneleponnya tapi tidak dengan Aruna. Malik kembali terisak. Dia sangat merindukan Aruna. Dia melihat foto dirinya dan Aruna saat mereka masih SMA dan kuliah yang terpajang di kamarnya.
*
Sekitar seminggu kemudian, Aruna akhirnya bisa mulai berinteraksi kembali dengan keluarganya. Berapa kalipun dia mencoba menerima ini, dia masih tidak bisa menerimanya. Bukan satu atau dua tahun dia mengenal Malik. Karena itu, dia masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Malik yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
Chick-Lit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...