Beberapa karyawan kantor memenuhi tempat ini. Mereka datang bergerombol hingga sepuluh orang dan ada juga dua pasangan kekasih yang memilih tempat duduk di samping jendela. Tidak jauh dari pasangan kekasih tadi, lima anak remaja duduk masih dengan seragam putih abu-abu mereka. Siang itu cukup terik dan tempat ini menawarkan udara yang sejuk.
Untuk hari pertama, tempat ini sangat ramai. Aruna membayangkan hari ini dia bisa menikmati grilled salmon buatan Sebastian sambil ditemani sang chef di sampingnya.
Namun apa yang dia bayangkan tidak akan terjadi untuk saat ini. Sebastian tidak tampak sama sekali. Tentu saja dengan banyaknya jumlah pengunjung yang datang, mustahil bagi Sebastian untuk bisa menyapanya. Dia sedikit menyesali keputusannya datang sendiri kalau sudah begini. Lain kali dia akan membawa Sydney. Pasti bagus juga untuk publikasi restoran Sebastian.
Pada akhirnya, Aruna menikmati makanan dan minuman yang dia pesan sendirian. Penataan restoran ini hampir sama dengan konsep restorannya di New York. Sekali lagi, Sebastian memilih gaya desain industrial modern.
Lantai acian berwarna abu terang, dinding bata di samping kanan dan kiri bangunan, langit-langit yang didominasi dengan pipa-pipa berwarna hitam disertai dengan lampu gantung bergaya maskulin, dan tentu saja, jendela berukuran besar sehingga pengunjung bisa menikmati jalanan besar di depan.
Saat grilled salmon yang dipesannya sudah hampir habis, tiba-tiba dia melihat Sebastian keluar dari arah dapur. Pria itu memakai kaos putih polos, celana kain berwarna gelap, dan apron hitam. Aruna menatap ke arah Sebastian yang berjalan cepat menghampiri dirinya.
Saat Sebastian sudah berdiri tepat di depan Aruna, tiba-tiba pria itu mengecup pipi kanan Aruna dengan cepat, kemudian berkata, "Maafkan aku tidak bisa menemanimu. Akan akan menebusnya nanti malam." Dan setelah mengucapkan kalimat tadi dengan tergesa, Sebastian dengan cepat kembali ke arah dapur dan tidak lagi terlihat.
Aruna sendiri hanya bisa terpaku dengan kecupan singkat Sebastian. Kenapa rasanya sangat berbeda? Kenapa dia tidak bisa menanggapi hal ini dengan wajar? Kenapa jantungnya berdetak dengan lebih cepat? Tanpa sadar, tangan kanannya terangkat dan dia memegang pipi di mana sensasi kecupan singkat Sebastian sepertinya tidak mau pergi.
Sekitar lima belas menit kemudian saat lemon squash-nya sudah habis, Aruna mengintip ke arah dapur dari tempat duduknya. Dan tentu saja usahanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil karena sedikit pun dia tidak bisa melihat ke dalam dapur.
Aruna berencana menunggu Sebastian sesaat setelah dia mengirimkan pesan pada pria itu. Namun dengan banyaknya pengunjung yang tidak hentinya datang, sepertinya pria itu tidak akan sempat memegang ponselnya. Akhirnya, Aruna memutuskan pergi. Dia juga harus mengurus studionya sendiri. Aruna ingin segera menggelar pameran tunggalnya di sini.
*
Sekitar pukul dua siang, Aruna sampai di studio yang baru di sewanya. Dibandingkan tempat yang dibeli Malik untuknya, tempat ini memang jauh lebih kecil tapi bukan berarti Aruna tidak menyukainya. Ruangan studio barunya berbentuk mezzanine studio dengan dominasi warna putih dan coklat kayu. Yang paling Aruna sukai dari tempat ini adalah jendela kaca besar dan juga atapnya yang terbuat dari kaca jadi ruangan ini memiliki banyak sumber cahaya alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
ChickLit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...