"Bisakah aku ke tempatmu? Aku benar-benar tidak ingin sendirian malam ini," suara Wulan menggema di dalam mobil.
Aruna menatap Malik, menunggu reaksi pria tersebut. Malik kini sudah menatap ke depan lagi dan diam.
"Malik, apa kau mendengarku?" suara Wulan kembali memenuhi mobil yang mereka tumpangi malam itu.
"Baiklah, aku ke tempatmu sekarang," jawab Malik pada akhirnya dan dia memutar mobilnya di putaran balik tidak jauh di depan mereka.
"Malik apa kau serius akan mengajaknya ke tempatmu?" tanya Aruna mulai sedikit panik. Malik diam. "Malik jawab aku!"
Aruna mulai tidak bisa mengontrol dirinya dan dia berkata dengan intonasi cukup tinggi. "Aku tidak menyangka hubunganmu dengannya sejauh ini. Kalau kau mengajaknya ke tempatmu, jangan memintaku untuk tidak berpikir macam-macam. Malik kita harus berhenti. Maksudku hubungan seperti ini. Aku tidak sanggup lagi," isak Aruna sambil menatap Malik lekat.
Aruna menangis pelan masih sesenggukan. Malik kemudian menepikan mobilnya. Dia melepas seatbealt dan memutar tubuh menghadap Aruna. Aruna yang melihatnya menggelengkan kepala dengan keras.
"Aku nggak mau lagi ... jangan minta aku untuk ngertiin kamu lagi," isak Aruna.
Malik menarik Aruna lebih dekat ke arahnya dan kemudian memeluknya. "Aku akan menemuinya malam ini tapi aku akan mengajakmu. Dan jangan salah paham. Kau adalah orang pertama dan satu-satunya yang pernah menginjakkan kaki di apartemenku," ucap Malik masih memeluk Aruna erat. "Kau benar. Aku harusnya memintamu menemaniku dari awal. Aku akan memperbaikinya mulai sekarang."
Dia melerai pelukannya dan menatap mata Aruna yang sudah basah karena air mata. Matanya sudah memerah. "Maafkan aku. Aku bersalah padamu. Hari ini aku sudah membuatmu banyak menangis," kata Malik sambil mengusap mata Aruna.
"Can I ask you something?" pinta Malik tiba-tiba. Aruna tidak berkata apa-apa. Hanya tetap menatap Malik dan berusaha menghentikan isakannya.
"Never doubt how I feel about you. Never give up on me. I want you and I want us. Selamanya akan selalu begitu," ucap Malik dengan mata penuh harap.
"Apa kau serius? You want us?" tanya Aruna lagi memastikan.
Malik mengangguk dan berkata, "More than anything."
Selama beberapa saat, keduanya diam hanya saling menatap. "So, can I have your promise?" tanya Malik lagi.
Aruna mengangguk sekali. "I promise," jawabnya.
*
"Keluarlah, aku sudah di depan," ucap Malik melalui telpon saat dirinya dan Aruna sudah berhenti di depan bangunan kost Wulan. Tidak lama setelah mengucapkan kalimat tersebut, Malik menurunkan ponselnya dari telinga.
Malik menoleh dan menatap Aruna dengan mata yang sayu. "Tetap di sampingku. Jangan pernah pergi dariku," pinta Malik sembari meremas jemari Aruna.
Aruna hanya menatapnya dalam diam.
"Apa kita bertiga akan ketempatmu?" tanya Aruna merasa tercekat benar-benar tidak menyukai ide ini.
Malik menggeleng pelan, "Aku tidak akan pernah membawa wanita manapun selain dirimu ke apartemenku. Aku akan membawanya ke rumahmu. Aku minta tolong temani dia malam ini."
Aruna tidak bisa menjawab. Bagaimana Malik memintanya untuk menemani mimpi buruk masa lalunya? Tapi Malik tidak pernah tahu apa yang Wulan telah lakukan padanya. Tapi ini lebih baik daripada meminta Malik membawa Wulan ke tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
ChickLit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...