Setelah Aruna keluar dari ruangannya, Malik menghembuskan napas dengan kasar. Apa maksudnya tadi bahwa dia tidak keberatan Aruna bergabung. Dia bahkan sudah menolak keras ide konyol Wulan. Namun kenapa dia malah mengatakan pada Aruna bahwa dirinya sama sekali tidak keberatan?
Malik pun buru-buru mengirimkan pesan ke Wulan.
Aruna mengatakan akan ikut ke liburan gila yang kau katakan tadi. Aku akan bergabung.
Kirim.
Selang dua detik, sebuah pesan baru masuk dan Malik membukanya. Dari Wulan. Gadis itu hanya membalas pesannya dengan emoticon tersenyum.
Malik masih merasa ini ide yang buruk. Dia bisa semakin menyakiti Aruna dan dia juga takut hatinya terluka melihat gadis itu bersama Sebastian.
*
Malam itu, di dalam kamarnya yang masih menyala terang, Aruna menatap ponsel miliknya yang dia letakkan tepat di depannya. Dia menimbang-nimbang apakah harus menghubungi Sebastian. Kalau dia menghubungi Sebastian, rencana dari mulutnya yang keblablasan tadi siang bisa jadi kenyataan. Namun, dia bisa saja menghubungi Malik dan mengatakan dia tidak enak badan dan tidak bisa bergabung dengan mereka.
"Ya, sebaiknya begitu. Gila aja kalau aku harus liburan sama mereka," kata Aruna meyakinkan diri sendiri. Baru saja dia hendak merebahkan badan, ponselnya berbunyi. Panggilan masuk dari Sebastian.
"Ya Sebastian?" sapa Aruna.
"Kenapa kau tidak bilang kau setuju untuk ikut dengan mereka?" sahut Sebastian di ujung sana.
Aruna, yang tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Sebastian, hanya bisa merespon dengan kata "Hah?!"
Sebastian menghembuskan napas dengan tidak sabar dan berkata, "Wulan baru saja mengirimkan pesan ke ponselku. Malik memberitahunya bahwa kau bersedia ikut dengan mereka. Aku sempat ragu tapi sepertinya dia serius. Padahal kau jelas-jelas menolak ide ini. Jadi, apa kau mau menceritakannya padaku?" tuntut Sebastian.
Aruna menghela napas panjang. Sepertinya dia tidak bisa mundur. Aruna kemudian menceritakan pertemuannya dengan Malik tadi sore. Dia juga mengatakan rencananya untuk membatalkan janji ini nanti.
"Kenapa tidak pergi saja. Kau kan punya aku. Kenapa terganggu dengan mereka? Apakah kau masih memerlukan masa berkabung?" desak Sebastian.
Bukan sekali dua kali Sebastian menuntutnya untuk melupakan apa yang sudah Malik perbuat. Awalnya Aruna cukup tersinggung dengan apa yang pria itu lakukan. Namun pada akhirnya dia mengerti bahwa Sebastian tidak ingin Aruna menangisi orang yang jelas-jelas telah membuangnya.
"Kau benar. Baiklah," jawab Aruna pada akhirnya. "Tapi kau harus memastikan aku benar-benar bersenang-senang di sana," imbuh Aruna cepat.
"It will be an honor," ucap Sebastian di ujung sana dan Aruna tersenyum mendengarnya. Dulu, kata-kata manis Sebastian merupakan hal yang biasa untuknya. Namun akhir-akhir ini, Aruna mulai berpikir bahwa Sebastian yang playbloy itu mungkin saja serius dengan kata-katanya. Sayangnya, dia sama sekali tidak merasakan desiran apapun di dadanya saat Sebastian berkata manis padanya. Atau belum.
*
"Kenapa gak bilang kita bakal nginep?" gerutu Aruna saat dirinya dan Sebastian sudah dalam perjalanan menuju Pondok Alam. Mereka berangkat pagi-pagi sekali.
"Aku juga tidak tahu itu tempat apa. Dia hanya mengirimkan pesan untukku semalam mengatakan kalau kita hanya akan menginap semalam," Sebastian membela dirinya sambil masih fokus dengan kemudinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
Genç Kız Edebiyatı[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...