"Malik, kau di sini."
Malik seketika memutar kepalanya ke arah suara dan begitu juga dengan Aruna. Dia tidak tahu bagaimana Wulan bisa di ada sini. Gadis itu berjalan ke meja mereka dan berdiri di samping keduanya duduk.
"Ada apa?" tanya Malik.
"Kau bilang akan mengajakku makan siang bersama. Aku tidak tahu kita akan makan siang bertiga," katanya.
Malik menatap Aruna dan dia bisa melihat bagaimana gadis itu menahan diri. Malik tidak sanggup melakukannya. Dia kembali menatap Wulan. Gadis itu menatapnya sembari memberi sinyal lewat matanya bahwa dia ingin tetap di sana.
"Bisa kau pergi dulu? Aku masih ada urusan dengan tunanganku," kata Aruna dengan nada rendah tanpa menatap Wulan.
Wulan tertawa kecil. "Aku ke sini karena Malik yang memintaku," sahut Wulan.
Aruna berdiri, berbalik, dan memberi tatapan membunuh tepat di mata Wulan.
"Apa masalahmu? Kenapa kau selalu melakukan hal jahat padaku dari dulu? Apa kau tidak sadar diri? Apa yang kau lakukan ini tidak pantas? Apa kau lupa Malik adalah pria yang akan segera menikah??!" teriak Aruna sambil mendorong bahu Wulan hingga gadis itu mundur selangkah. Beberapa orang di sana mulai melihat ke arah mereka.
Malik sontak berdiri dan menahan Aruna. "Aruna please, sudah," bisik Malik.
"Apanya yang sudah?! Kau yang seharusnya berhenti berhubungan dengan dia!" teriak Aruna pada Malik kali ini.
"Kau ini memalukan sekali. Apa kau lupa ini masih dekat dengan kantor? Bagaimana kalau ada yang melihat ini?" sindir Wulan sambil memegangi bahu yang tadi didorong Aruna seakan bahunya sedang terluka.
Aruna berhenti. Sebenci apapun dia pada Wulan, apa yang dikatakannya memang benar. Mereka berada di lingkungan gedung kantor Malik. Kalau ada yang melihat mereka, Malik akan kehilangan reputasinya. Dia menatap Malik dan pria itu sedang melihatnya dengan sayu.
"Nanti malam aku akan kerumahmu," lirih Malik. "Kau pulanglah dulu."
Malik berjalan keluar cafe diikuti dengan Wulan di belakangnya. Malik berjalan dengan cepat dan dia tidak menoleh. Dia tidak sanggup melihat Aruna seperti itu.
"Malik tunggu!"
Dia bisa mendengar suara Wulan memanggil namanya dari belakang tapi dia tidak berniat menoleh. Kepalanya tidak bisa bekerja dengan baik. Dia tidak yakin bisa melakukan ini lebih jauh. Dia akan menyelesaikannya malam ini.
"Malik tunggu!"
Dan dia merasakan tangan Wulan sudah menggapai lengannya. Mereka sudah berada beberapa meter dari kantor.
"Aku tadi sedang membantumu menyelesaikan urusanmu dengan Aruna. Kenapa kau malah pergi," tuntut gadis itu.
"Aku menyesal telah mengenalmu. Aku tidak pernah menyesal mengenal siapa pun yang pernah kukenal selama hidupku tapi aku benar-benar berharap aku tidak pernah mengenalmu. Aku akan membencimu selama sisa hidupku," kata Malik lirih kemudian berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Wulan.
*
Aruna berjalan di bahu jalan dengan lesu. Dia melihat kantong plastik putih melayang-layang di jalanan diterpa angin. Seketika dia merasa dia mirip kantong plastik yang dibuang itu. Dari segala ketakutan yang sempat melintas di kepalanya, dia paling takut Malik akan meninggalkannya demi Wulan. Aruna mencintai Malik dengan tulus. Kalau pun Malik meninggalkannya demi seseorang, Aruna berharap Malik menemukan gadis yang tepat, yang memiliki hati baik dan mencintainya dengan tulus pula. Tapi bukan Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
ChickLit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...