Sudah tujuh hari ini setiap pulang dari kantornya, Malik akan mendatangi beberapa tempat yang pernah dia dan Aruna kunjungi. Dia juga bertanya ke beberapa hotel, berharap nama Aruna masuk ke dalam daftar tamu mereka. Dia juga pernah mendatangi RS tempat ayah kandung Aruna berada. Sayangnya pihak RS tidak diperbolehkan memberikan informasi mengenai kunjungan untuk pasien di sana.
Malik merasa putus asa. Dia sama sekali tidak bisa merasakan kelelahan yang tubuhnya rasakan. Dibandingkan raganya, hati Malik jauh lebih sakit. Dia ingin berada di samping Aruna. Malik juga berusaha menyingkirkan berbagai pikiran buruk tentang apa yang Aruna bisa lakukan. Tante Ayu juga menolak bicara padanya. Hanya om Damar yang selalu menenangkan dirinya, mengatakan bahwa Aruna pasti hanya ingin waktu sendiri.
Saat ini dirinya berada di dalam mobil dan sedang menepikan kendaraannya setelah hotel kelima yang dia datangi tidak memberikan jawaban yang dia harapkan, Malik memyandarkan punggungnya dan mengambil napas panjang.
Sebuah panggilan telepon masuk dan nama Wulan muncul.
"Kau akhirnya mengangkat teleponku," kata Wulan datar di seberang sana.
"Kau berani meneleponku?!" sentak Malik dengan sangat keras, merasa jiwa dan raganya sudah kehilangan arah.
Wulan diam.
"Jangan muncul di depanku atau aku akan benar-benar melakukan hal buruk padamu," desis Malik penuh emosi.
Malik bisa mendengar Wulan terisak pelan di ujung sana.
"Aku hanya ingin merebutmu darinya," lirih Wulan.
"Kau mungkin tidak tahu siapa orang tua Aruna. Mereka berhasil menghilangkan semua berita tentang orang tua kandung Aruna. Mereka cukup heran bagaimana kau melakukannya. Sebaiknya kau bersiap-siap," kata Malik penuh penekanan.
"Apa kau lupa? Aku tidak memiliki siapa pun. Aku sendirian di sini. Aku pun ketakutan," rintih Wulan.
"Kau memang gila. Setelah melalukan itu, kau masih berpikir kau adalah korban dari semua ini. Hal yang paling aku sesali dalam hidup adalah mengenalmu. Kau menjijikkan," desis Malik dan kemudian dia menutup panggilan telepon tadi dan melempar ponselnya ke jok penumpang di belakang.
*
Mario mengetuk-ketuk meja dengan tidak sabar sambil tangan satunya memegang ponsel yang menempel di telinganya. 'Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya,' umpat Mario dalam hati.
Sesekali dia menatap wanita yang terlihat pucat di depannya. Dia seperti orang yang berbeda. Sama sekali jauh dari orang yang dia kenal selama ini. Wajahnya pucat dan bibirnya terlihat kering. Rambutnya dia biarkan tergerai dengan sembarangan.
Mario putus asa setelah gagal menelepon Malik. Pada akhirnya dia menelepon tante Ayu.
"Tante, ini Mario," sapa Mario.
"Iya Mario. Ada apa?" tanya Ayu di ujung sana. Mario bisa tahu seputus apa Ayu sekarang dari suaranya.
"Saya coba telepon Malik tapi tidak bisa. Aruna sama saya sekarang," ucap Mario.
*
Sebastian sedang duduk di salah satu kursi restorannya bersama Sydney. Keduanya terdiam, bukannya karena tidak memiliki topik pembicaraan tapi karena otak mereka penuh dengan segala pemikiran dan kemungkinan. Sydney sendiri baru kembali dari Thailand kemarin dan dia meminta bantuan Gilang untuk ikut mencari Aruna.
Orang tua Aruna sendiri sudah menghubungi pejabat kepolisian yang mereka kenal untuk bisa membantu. Sebastian dan Sydney belum tahu tentang orang tua kandung Aruna secara detil. Mereka sebatas tahu Aruna mungkin syok setelah mengetahui tentang orang tua kandungnya.
"Apa yang membuatnya menghilang seperti ini?" tanya Sydney menerawang. Dia tidak benar-benar membutuhkan jawaban Sebastian. Hanya saja, pertanyaan di kepalanya terlalu banyak sehingga dia harus mengeluarkannya satu.
"Aku harap dia baik-baik saja," ucap Sebastian.
Sydney menatapnya dengan ngeri sebelum sebuah air mata tanpa dia sadari sudah jatuh di pipinya.
"Aku akan membuatkan kopi. Sepertinya kau lebih membutuhkan itu," kata Sebastian yang melirik air putih di depan Sydney kemudian bangkit dari duduknya.
*
Malik menutup matanya setelah melempar ponselnya tadi. Dia merasa lelah tapi dia juga takut tertidur. Sejak Aruna menghilang, Malik selalu bermimpi buruk setiap kali dia tertidur. Mimpi-mimpi buruk itu semua tentang Aruna.
Namun malam itu, tanpa dia sadari, dia kembali tertidur. Di dalam mobilnya, di pinggir jalan.
*
Setelah menunggu selama tiga puluh lima menit, akhirnya ada yang datang. Dirinya saat ini berada di dalam ruangan VIP sebuah restoran mewah. Saat hendak pulang dari kantor tadi, Mario tanpa sengaja melihat Aruna sedang duduk sendirian di salah satu bangku trotoar.
Mario segera menepikan mobilnya dan menghampiri Aruna. Mario sudah bersiap kalau Aruna sampai lari. Nyatanya, gadis itu hanya menatapnya kosong dan sama sekali tidak melawan saat dia membawanya ke dalam mobil.
Mario melihat tante Ayu dan om Damar. Mereka ditemani dua orang lagi, seorang pria dan wanita berusia sama dengan tante Ayu dan om Damar.
Dengan tangannya, Mario memberikan tanda agar mereka tidak bereaksi berlebihan.
Tante Ayu dan wanita satunya lagi langsung menangis pelan.
"Sebaiknya tante bawa Aruna pulang sekarang," kata Mario pelan.
Tante Ayu mengangguk dan wanita itu berjalan mendekati Aruna dan berlutut di depan Aruna. Tante Ayu membelai rambut Aruna dan gadis itu menoleh.
"Ma ...," Aruna bersuara namun suaranya tercekat.
"Iya nak, ini mama. Mama kamu. Kamu anak mama," ucap Ayu kembali membelai rambut Aruna pelan dan penuh kasih sayang.
Aruna tidak menjawab tapi dia malah menangis sembari menutup wajahnya. Ayu mendekat dan memeluk Aruna. Semuanya bisa melihat bagaimana bahu Aruna bergetar hebat. Sedangkan Ayu, wanita itu juga terlihat sedang menangis. Namun dia mengigit bibir bawahnya agar Aruna tidak mendengar tangisannya
Malam itu, setelah tujuh hari menghilang entah ke mana, Aruna kembali ke rumahnya bersama Ayu dan Damar. Ayu dan Damar duduk di bangku belakang dengan Aruna duduk di antara mereka. Sedangkan Anggie dan Taufik duduk di depan dengan Taufik di balik kemudi.
*
Sesampainya di rumah, Ayu membawa Aruna kembali ke dalam kamarnya dan membiarkan gadis itu tidur. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun selama perjalanan pulang tadi. Namun, Ayu sudah cukup bersyukur Aruna sudah kembali di rumah.
Ayu dan Damar mempekerjakan orang baru untuk berjaga di depan kamar Aruna. Ayu tidak ingin Aruna kembali menghilang.
*
Anggie berulang kali berusaha menghubungi Malik. Namun, tetap saja tidak ada jawaban. Malik harus segera tahu bahwa Aruna sudah kembali.
"Kita ke apartemen dia aja Pa," pinta Anggie pada Taufik.
Melihat raut wajah istrinya yang penuh kekhawatiran, Taufik tidak tega untuk mengatakan tidak. Akhirnya, setelah mengantar Ayu, Damar, danAruna, keduanya melaju ke apartemen Malik.
* * *
Maaf ya part hari ini gak bisa seberapa panjang. InshaAllah besok akan lebih panjang. Seperti biasa, jangan lupa vote dan komennya yaaa ... Ketemu lagi besok. Thank you!!!
Published on Sunday, Dec 26, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Stealing My Fiance [COMPLETED]
ChickLit[Shortlist Winner AIFIL 2023 dan pemenang Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorID @WattpadChiclitID @WattpadRomanceID dkk] Gadis itu menolak untuk menyerahkan tunangannya ke wanita bernama Wulan Kirana Saraswati. Saat banyak yang mengatakan...