Prolog

4.9K 176 0
                                    

Akalanka Dhefin Kavindra. Usianya tiga belas tahun, tetapi baru terhitung lima tahunan tinggal bersama sang mama.

Alan tidak tahu kenapa masa kecilnya berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Bukan bersama kedua orangtuanya ia dibesarkan, melainkan nenek lah yang merawatnya, dibantu keluarga Tante Anggra yang tak lain kakak kandung mamanya.

Dulu, Alan pikir Tante Anggra adalah mamanya, sementara Om Vano, suami Tante Anggra adalah ayahnya. Sebab, Tante Anggra sendirilah yang sudah terbiasa menyebut dirinya sendiri bunda untuknya. Namun, mulai masuk TK, nenek mulai menyampaikan hal yang sesungguhnya. Nenek bilang, mamanya sedang pergi jauh untuk sekolah dan bekerja. Nenek juga bilang, kalau Alan sudah besar pasti bisa bertemu dengan mama.

Alan kecil yang mendengar itu hanya mengangguk terisak-isak. Tak menyangka jika nyatanya ia belum pernah melihat sang mama. Ia khawatir jika mama telah melupakannya dan tak mau menemuinya. Nenek tak tinggal diam, menghiburnya, mengatakan jika Alan tak perlu sedih. Mamanya menyukai anak baik dan pintar. Kalau Alan ingin membuat mama senang, Alan harus menjadi anak yang disukai mama.

Itu sebabnya Alan kecil yang memang dasarnya penurut tumbuh dengan baik di bawah asuhan nenek dan keluarga Tante Anggra. Attitude-nya sangat baik untuk ukuran anak seusianya, hatinya lembut, dibekali dengan bakat dan kecerdasan yang sudah mulai nampak sejak belia. Alan ingin mama menyukainya.

"Nek, papa Alan?" Tanya bibir polosnya kala itu. Nenek yang mendengarnya terdiam, lantas memasasang senyum lebar.

"Nanti, Alan pasti tahu. Kalau sudah ketemu mama, Alan tanyakan ke mama ya?"

Alan kecil mengangguk patuh. "Tapi, kapan Alan bisa ketemu mama? Apa kalau udah besar seperti Kak Alfa?"

"Kak Alfa kan baru kelas satu. Mama baru sekolah, cari uang juga. Jadi, Alan harus sabar."

"Tapi, kenapa mama harus sekolah? Bundanya teman Alan sudah tidak sekolah lagi."

Nenek tersenyum mendengarnya. Alan tipe anak yang banyak bertanya karena keingintahuannya.

"Karena mamanya Alan masih mau belajar. Kan bukan cuma anak-anak yang harus belajar."

Lagi-lagi, Alan kecil mengangguk dengan wajah polosnya.

###

AkalankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang