IV. Kehilangan

133 31 12
                                    

.

.

.

.

Hampa, pandangannya terlihat kosong. Tak ada sinar di mata nya seperti biasa.
Terkulai bak tak bertulang, terdiam seakan tak ada lagi kehidupan dalam dirinya.

Arga, menatap langit-langit kamarnya. Tak ada satu katapun terucap dari bibirnya selepas pengajian yang diadakan oleh mereka.

Masih menyisa bayang sang Ayah jelas, ia tak pernah mengira. Pagi tadi adalah terakhir kalinya membantu sang Ayah dan berbincang dengan beliau.

Tak ada pertanda sedikitpun dari sang Ayah atas kepergiannya. Beliau masih seperti biasa, bahkan masih dapat menggenggam jemari Arga dan mengusap pucuk kepala nya. Meskipun seperti biasa, harus dibantu. Ayah nya memperlihatkan senyum yang membuat Arga yakin jika sang Ayah akan segera sembuh

Namun Tuhan berkata lain, direnggutnya nyawa manusia yang paling Arga cintai. Ia ingin marah, namun ia sadar. Semua adalah takdir dan telah di atur oleh Sang Maha Kuasa.

Tok..tok..tok..

"Ga?"

Arga segera mengusap airmata yang sedari tadi menetes, membasahi wajahnya.

"Aku boleh masuk?" Tanya Melki, teman terdekatnya. Yang mungkin lebih paham tentang Arga daripada keluarga nya sendiri.

"Hmm,"

Melki duduk di pinggir ranjang, ia melihat sahabatnya pucat pasi dan Arga segera membalikkan badannya, memunggungi Melki.

"Ga, yang kuat ya."
"Kamu pasti bisa terima kepergian Bapak mu."

Melki menepuk punggung Arga, "Ga, cowo juga boleh nangis loh."

"Kamu iku muka tok sing sangar, aku ngerti banget hati mu koyo opo."

Terdengar isakan, juga tubuh nya mulai bergetar. Seakan menumpahkan yang sedang ia pendam.

"Ga, masih ada Ibu loh, juga dua sodara mu."
"Kamu juga punya aku, punya kita."

Arga menggeleng "Gak ada yang bisa ngertiin aku, kaya Bapak Mel. Gak ada!" suara nya serak, mendengarnya semakin membuat Melki prihatin.

Melki merasakan sakit itu, ia paham betul apa yang membuat Arga seperti ini. Ia sangat mengerti mengapa Arga sangat mencintai Ayahnya.

"Aku Ga, aku."
"Aku ngerti hampir semua masalah mu."
"Aku paham, aku selalu ngertiin kamu. Ya karena aku tau, kamu gak bisa akur sama yang lainnya."
"Ada aku Ga!!"

Melki yang emosional, membuat nya meninggikan nada bicaranya. "Maaf Ga,"

"Aku cuma pengen kamu bisa cepet bangkit, aku juga pengen kamu tau. Kalo kamu gak sendirian."

Arga terdiam, entah ia sedang memikirkan kata-kata Melki atau menutup telinga tak ingin mendengar masukan apapun.

"Yo wes Ga, aku muleh yo. Inget, masih ada aku."
"Masih ada temen-temen mu yang lain juga."

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang