XXXVII. Cerita Terakhir

86 5 0
                                    

.

.

.

Happy Reading^^

Enda POV

September, 2020.

Saat itu rasanya tak rela aku melepaskan pelukanku, ku dengar suara dokter yang mengatakan, "sepuluh lewat empat puluh lima menit."

Apa? maksudnya apa? Seenaknya mereka mengatakan waktu kematian mas Arga. Jelas-jelas tubuh mas Arga masih hangat. Aku merasakannya saat itu.

Beberapa orang yang tak tahu siapa menarikku dari tubuh mas Arga, aku tidak peduli. Demi Tuhan aku tak rela mas Arga pergi secepat ini. Aku baru saja merasakan kembalinya mas Arga yang dulu. Susah sekali menerima kenyataan seperti ini.

Aku ingin berteriak tapi rasanya suaraku tertahan di tenggorokan, aku hanya memberontak saat mereka memaksaku untuk menjauh dari raga mas Arga. Berapa kalipun aku katakan bahwa aku tak rela mas Arga pergi secepat ini.

Di antara aku dan mas Aby bisa di bilang aku yang paling dekat, meskipun dulu mas Arga sempat menjadi manusia paling dingin yang aku kenal. Tapi aku juga tahu ada sisi hangat yang mas Arga lakukan untukku, untuk kami. Hanya saja tak ia tunjukkan terang-terangan.

Aku tahu bagaimana dia selalu berusaha menjagaku di sekolah. Aku tahu bagaimana ia tak pernah melupakan makanan kesukaanku atau sekedar membelikanku jajanan setelah pulang nongkrong dengan teman-temannya.

Aku tahu, mas Arga itu kakak yang baik. Kakak yang sempurna untukku, tapi dengan caranya sendiri.

Mungkin akan butuh waktu lama untuk aku benar-benar menerima kepergian mas Arga.

***

Author POV

juni, 2018.

Arga akhirnya memilih untuk ikut kerumah baru Bapak. Dan meninggalkan semua hal di dunia fana ini.

Kata maaf yang berulang kali di ucapkan sebelum benar-benar pergi mungkin untuk menunjukkan bahwa ia lebih memilih untuk ikut bersama Bapak.

Dokter memang menjelaskan benturan yang dialami Arga di bagian dadanya cukup keras. Maka dokter-pun tak ingin memberikan janji apapun, mereka hanya akan berusaha sebisa mereka untuk menyelamatkan Arga.

Ditambah helm yang sempat terlempar membuat kepala Arga juga berkali-kali terkena benturan.

Beruntung Arga masih sempat sadar, waktu itu. Meskipun hanya untuk mengucapkan kalimat perpisahan.

Tapi Arga bahagia, ia sudah mewujudkan impiannya, mendapatkan motor impiannya dan terakhir, Arga senang bisa bersama Bapak kembali. 

Juga di sisa waktu terakhirnya, semua orang yang dia sayang ada disana. Selalu ada di sisinya. Arga benar-benar bersyukur memiliki mereka sepanjang hidupnya.

Bahkan makam Arga dan Bapak bersandingan. Disana terdapat foto terakhir Arga dengan piala di tangannya. 

Semua merasakan kehilangan itu, tak terkecuali Laras. Ia tidak keluar dari kamarnya selama beberapa hari. Dia hanya tiduran, sesekali melihat ke arah jendela di seberang kamarnya. Tapi kamar itu gelap. Saat tak sengaja melihat lampu kamar Arga menyala, dengan bersemangat Laras berteriak, "ARGA?!" 

Lalu tak lama melihat pantulan tubuh Enda disana, Laras takut dirinya akan gila jika seperti ini terus.

Setiap hari Faras selalu memeriksa keadaan adiknya, ia sangat memahami perasaan adiknya saat ini.

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang