XII. Rumit

81 24 18
                                    

.

.

.

.

Happy Reading^^

Dia menatap lurus pada komputer di hadapan, namun tidak dengan pikirannya. Kepalanya begitu penuh dengan banyak pemikiran, hingga tak dapat di pungkiri konsenterasi pada pekerjaan agak terganggu.

Aby masih terus memikirkan adiknya, ia belum juga mendapatkan kabar apapun. Bayangan kejadian semalam terus berputar di kepala, bagaimana ia menampar, membentak, dan memarahi Arga. Hingga terakhir melihat adiknya di pelukan wanita yang selalu ia sangkal berada di hatinya.

Semakin ia menyangkal, semakin besar rasa nya untuk Laras, ia paham jika perasaan ini salah. Namun rasa memang tak dapat ditebak. Ia tak bisa mengatur perasaannya, ia tak dapat menentukan pada siapa hatinya berlabuh.

Tapi sayang, pelabuhan hati yang dikiranya akan menerima kedatangannya itu salah. Disana bukan tempatnya, sudah ada seseorang yang singgah. Terlebih ia mengetahui siapa pengisi hati gadisnya.

Rasa sesak terus menjalar di dada, rasanya begitu sakit. Sakit yang ia tak mengerti bagaimana mengobatinya.

"Aby,"

Tak ada jawaban, Jarvin kembali memanggilnya lebih keras. "Aby?"

"Eh, iya Pak?"

"Ke ruangan saya sekarang!"

Aby segera pergi, menghampiri Jarvin di ruangan-nya.

"Duduk dulu!"

Aby menuruti ucapan Jarvin, "Ada apa?"

Jarvin memperhatikan wajah sahabatnya, "Kebalik By, harusnya aku yang tanya begitu. Ada apa?"

Aby menghembuskan nafas panjang, seperti ada beban berat yang sedang dipikul saat ini.

"Masalah kemarin isn't it?

Aby mengangguk lesu, "Adikku kabur Jar, belum pulang."

"Kok bisa? Bukannya kemarin dia udah pulang?"

Lagi-lagi Aby menghembuskan nafas panjang, "Semua gara-gara aku. Aku kelewatan, kebawa emosi."

"Aku tampar dia, aku bentak dia. Emang aku gak bener jadi kakak."

Aby menunduk, ia tak kuat lagi menahan rasa sesak di dada yang sedari tadi begitu mengganjal dan menyakitkan. Ia menumpahkan tangisnya, ia betul-betul tak sanggup.

Aby selalu ingin menjadi sosok kakak yang kuat di hadapan adik-adiknya, sosok yang selalu bisa di andalkan oleh keluarganya. Maka itu, tak jarang ia mengabaikan segala perasaan pada dirinya. Ia hanya ingin menjadi contoh yang baik untuk adik-adik nya, terlebih setelah kepergian Bapak.

Ia juga tak tau harus bersandar pada siapa, jika bukan pada Jarvin. Satu-satunya tempat untuk bercerita. Mungkin saat ini adalah pertama kali nya Aby menangis di hadapan Jarvin. Aby merasa beban dan tanggung jawabnya semakin berat.

Tapi ia baru sadar, bahwa cara nya itu salah. Cara Aby bersikap pada adik-adiknya salah. Ia tak seharusnya sekeras itu, ia tak seharusnya berkata kasar hingga memukul.

"Aku gak ngerti harus gimana sekarang, aku udah gagal Jar!"

Sementara Jarvin hanya bisa menepuk bahu sahabatnya saja, untuk sekarang Aby mungkin hanya butuh seseorang untuk mendengarkan semua keluh kesahnya yang Aby pendam sendiri selama ini.

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang