XXV. Kesempatan

38 9 12
                                    

.

.

.

Happy Reading^^

Disini, diruang tamu rumah eyang Sukma. Aby duduk ditemani beliau, sementara Fani masih terkejut. 

Sebelumnya, tak pernah ia bayangkan jika orang itu akan sampai disini. Ditempat yang harusnya menjadi tempat persembunyian terbaik.

Tak ia sangka juga, pria yang berdiri didepan pagar itu adalah sosok yang ia hindari yang membuatnya pergi kesini.

"Cari siapa ya?"

"Eh sa- Fani?"

Fani betul-betul terkejut, hingga sepertinya nafasnya berhenti sejenak. Ia lupa caranya bernafas. 

Aby melihat sosok disamping Fani, rasa takutnya semakin besar.

"Siapa dia Fan?" Andra, lelaki yang tempo hari menepuk Fani saat sedang menikmati musik diteras. Entah bagaimana ceritanya, mereka akhirnya berteman.

Tak dijawab, Fani segera berlari masuk kedalam rumah. Tak peduli dengan Aby yang terdiam diluar.

"Kamu orangnya?" Tanya Andra pada pria yang lebih pendek didepannya.

Aby bingung, 

"Kamu orang yang bikin Fani sampai disini? Kenapa muncul lagi? Mau buat dia ngerasain sakit lagi?"

Rentetan pertanyaan itu membuat Aby berfikir, seberapa dekat mereka? Sampai dia tahu permasalahan Fani?

Belum sampai menjawab, suara dari seorang wanita yang sudah menua itu terdengar. "nak Aby?"

Aby mengangguk, "Iya saya Aby."

"Ayo masuk, eyang udah tau dari mama nya Fani."

-

Tangannya begitu dingin, degup jantungnya berdetak cepat. Wanita itu tak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Dia masih didalam kamarnya, pikirannya begitu penuh sampai tak tahu harus bagaimana.

"Fani, keluar yuk." suara eyang terdengar dari balik pintu,

"Temuin dia ya?"

Tak ada sahutan dari dalam, Fani masih terdiam dengan berbagai macam pemikirannya.

Ini sudah kedua kalinya eyang memanggil, namun dirinya tetap belum siap.

"Eyang yakin kamu bisa hadapin masalah-mu nduk, bukan menghindar. Kalo nunggu siap itu bisa dipastikan masih belum tau kapan kamu siap."

Seperti dibaca pikirannya, Fani mendapat sedikit dorongan keberanian dengan kata-kata eyangnya. Dengan perlahan dia membuka pintu kamarnya, eyang masih setia menunggunya keluar.

"Ada eyang, tenang ya?"

Fani mengangguk, dan melangkahkan kaki nya menuju ruang tamu. Ia masih setia berjalan dibalik tubuh eyang.

"Duduk sini, kamu mau berdiri terus?"

Bahkan Fani tak sadar jika kakinya telah sampai disana, dihadapan lelaki itu. 

Sementara itu Aby juga berharap cemas, ia tahu mungkin kedatangannya akan membuat luka Fani kembali hadir. Namun jika tak ia jelaskan, sampai kapanpun akan menjadi kesalahpahaman.

Fani mengambil tempat disisi eyang, kepalanya terus menunduk. Tak berani melihat kedepan. Jemarinya tak henti bermain, kebiasaannya saat gugup selalu menggesekkan kedua kukunya.

Eyang membuka suara, "Eyang sudah dengar sedikit tentang kalian, sekarang saatnya kalian yang selesaikan masalah kalian." Eyang bangkit dari duduknya, memberi waktu untuk keduanya bicara.

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang