X. Penyesalan dan merelakan

100 25 23
                                    

.
.
.
.
Happy Reading^^

Suasana begitu hening, Enda menikmati makanan di hadapannya sembari memainkan ponsel nya. Melihat beberapa potret kakak kelas yang melakukan tanda perpisahan di sosial media.

Ia memaklumi jika sang kakak belum pulang meskipun sudah lewat dari waktu maghrib, pasti Arga ada disana pikir Enda.

Tapi seketika fokus nya buyar dengan kedatangan sang kakak yang membuka pintu begitu keras disertai percik wajah begitu menyeramkan.

"Mas Arga?"

Arga sendiri langsung pergi menuju kamarnya, tak mempedulikan panggilan sang adik.

'Ah mungkin ada temennya yang rese'

Pikir Enda,

Ia melanjutkan kegiatan makannya, dan kembali melihat isi ponsel.

Namun lagi-lagi Enda di kejutkan dengan kedatangan Aby yang juga terlihat sangat marah,

"Mas kok baru pulang?"

"Mana Arga?"

Perasaan Enda semakin tak enak, ia menjawab dengan sangat takut. Ia melihat Aby menghampiri Arga dengan wajah mengerikan.

Hingga suara benturan keras membuat ia berdiri. Menghampiri kedua kakak nya.

Ia begitu terkejut, begitu melihat kakak sulungnya baru saja menampar Arga. Tapi ia juga tak berani untuk menengahi mereka.

Hingga Arga pergi meninggalkan rumah, Enda pun tak berani menghentikannya.
.
.
.

Ibu baru saja akan membuka pintu pagar, tetapi langkahnya terhenti saat melihat anak kedua nya keluar dengan wajah merah dan terburu-buru.

"Ga, kamu mau kemana?"

Arga tak menjawab, ia fokus untuk menyalakan motornya dan pergi dari sana.

"Arga! Kamu mau kemana? Ini udah malem."

"Pergi." Jawab Arga sembari menarik gas pada motornya, meninggalkan Ibu di halaman rumah dengan wajah bingung.

***

Jalanan semakin sepi, angin bertiup sangat kencang. Mungkin jaketnya pun tak sanggup menahan angin malam ini.

Hingga akhirnya ia menepikan kendaraan miliknya, dan memilih duduk pada alun-alun yang tersisa beberapa orang saja.

Menarik nafas dalam-dalam, menikmati udara malam yang beberapa bulan terakhir tak ia rasakan. Arga baru saja selesai dengan segala beban sekolahnya. Namun ia dihadapkan dengan masalah baru di hidupnya.

Matanya menahan air yang sudah hampir tumpah, ia teringat kata Bapak. 

"Anak-anak Bapak, sini Bapak bilangin! laki-laki itu juga boleh nangis lho! Itu bukan berarti cengeng, ada kala nya menangis bisa meringankan beban di hati atau pikiran kita."

Setiap Arga sedang sedih, ia selalu teringat kata-kata itu.

Dan Arga pun menumpahkan airmata nya, wajahnya bersembunyi di antara kedua lutut kaki nya yang di tekuk.

Masa bodo jika orang-orang melihatnya miris atau menyedihkan. Ia hanya ingin sedikit meluapkan beban dalam dirinya.

"Nih." Seseorang mengulurkan tissue pada Arga,

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang