V. Tenang

139 30 16
                                    

.

.

.

.

Hari berlalu begitu berat, seseorang berharap ketika ia terbangun ini semua hanyalah mimpi buruk. Namun sayangnya kemarin itu nyata, hari ini-pun sama. Kenyataan yang akan ia lalui mulai saat ini dan seterusnya.

Arga terbangun dari tidurnya, melihat sekeliling kamar. Masih sama seperti sebelum ia terlelap, yang berubah ialah sesosok yang sangat dicintainya tak ada lagi di rumah ini. Ia berdoa pada Tuhan berharap bisa segera menerima semua takdir dari Nya.

Tiga hari sudah berlalu sejak meninggalnya sang Ayah, Arga memutuskan untuk kembali sekolah. Daripada dirumah akan membuatnya semakin ingat dengan Bapak, pikirnya.

"Mas, bareng yo?" 

Arga menggeleng. "Gak!"

"Pelit banget heran," Gerutu anak bungsu tersebut.

Arga berlalu tanpa mempedulikan adiknya sedikitpun.

"Opo Nda? Wes ngerti Arga kaya gitu. Motor mu kenapa memang?"

Enda menghembuskan nafas panjang, "Males aku bawa motor."

"Tumben? Ya wes ayo mas anter, sekalian berangkat kerja."

Enda pun akhirnya mendapat tumpangan dari Aby, meskipun tak searah dengan tempat kerjanya. Tapi tak apa ini salah satu bentuk kecil sayangnya Aby pada adik nya.

Tak ada obrolan sepanjang jalan, hanya angin yang menerpa kulit mereka terasa begitu dingin pagi ini hingga meremang bulu-bulu halus di tangannya. Serta kabut yang masih terlihat di beberapa bagian jalan menjadi sebuah pemandangan.

Menghirup dalam-dalam udara segar pagi hari juga aroma dedaunan dan tanah yang basah sehabis diguyur hujan subuh tadi. Berharap bisa sedikit membuat tenang jiwa mereka. 

"Suwun yo mas" Ujar Enda sembari mencium tangan kakak nya,

"Iyo, nanti pulang gimana kamu?"

"Gampang, nebeng Hilman."

Aby hanya mengangguk "Ya udah, mas berangkat ya. Belajar yang bener, jangan ngecewain Ibu sama mas!"

Enda meng-iya-kan ucapan sang kakak dan pergi meninggalkan pelataran sekolah.

Bisa ia lihat punggung Arga dari tempat nya, berjalan angkuh seperti biasa. Wajahnya jarang sekali menampilkan senyum, mungkin hampir tak pernah se-ingat Enda.

Ia begitu paham perasaan sang kakak, sebenarnya hampir sama dengan diri nya. Namun ia mengerti bahwa Arga sekarang seperti kehilangan separuh jiwa nya.

"Aww.." Seseorang meringis di kejauhan,
"Ga!!"
"Arga tunggu!!!"

Laras mencoba menghentikan langkah Arga yang baru saja menabrak pundaknya saat berjalan.

"Ga!" Laras mencoba menggenggam lengan Arga.

"Udah sarapan?"

Alis Arga menukik, tumben sekali wanita ini bertanya seperti itu pikirnya.

Namun masih dengan wajah datar nya dan tidak satu kata-pun terucap dari bibirnya.

"Arga? Halo?" Laras menjentikkan jarinya tepat didepan wajah lelaki di hadapannya.

Arga tersadar dan segera pergi dari hadapan si wanita.

"Argaaa, loh? Heh? Kok malah pergi?"

"Kenapa mba?" Seseorang mencolek pundaknya hingga Laras terkejut,

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang