XXVII. Percaya

41 11 7
                                    

.

.

.

Happy Reading^^

Keduanya telah berada diteras rumah, sempat sebelumnya perempuan itu menawarinya untuk masuk. Karena keadaan diluar yang memang masih hujan. Tapi di tolak, karena tahu hanya ada dia sendiri dirumah saat ini. Meskipun hatinya masih terasa sakit, namun melihat wajah sang kekasih yang kini ada dihadapannya membuat Laras sedikit meluluh.

Lemah sekali, jika sudah bertemu.

Keduanya masih terdiam, Laras yang biasanya tak sabar untuk menunggu Arga mengucapkan sesuatu itu memilih untuk tetap diam dan akan menunggu selama apapun asal Arga sendiri yang akan membuka mulutnya tanpa dipaksa olehnya.

Laras bersandar pada bangku kayu yang ia duduki. Tenaganya seperti terkuras oleh pikirannya sendiri, Laras benar-benar seperti tak memiliki tulang. Sementara Arga menggerakkan kakinya karena gugup. 

Terdengar suara tarikan nafas panjang, "Ras,"

Gadis itu tak memalingkan wajahnya, dan masih tetap menatap lurus kearah hujan.

"A-aku minta maaf."

"Aku.. aku tau aku salah. Ras," Arga mencoba meraih tangan Laras. Berusaha untuk meyakinkan dan menarik perhatian gadisnya untuk fokus kearah dirinya yang sedang berbicara.

"Liat aku dulu, aku mau jelasin semuanya. Kayanya kamu salah paham sama kata-kata aku di telepon tadi."

Arga menggenggam jemari Laras semakin erat, dan Laras-pun yang mendengar itu segera menoleh kesamping. Berharap memang benar, semua pikirannya hanya salah paham.

"Ras," Arga memanggil nama Laras dengan sangat lembut, bahkan lebih lembut dari yang biasa ia dengar.

"Aku gak pernah kepikiran untuk selingkuh, punya pacar lagi atau ninggalin kamu. Gak pernah!"

"Jangankan punya pacar, aku deket sama cewek lain aja nggak. Kamu bisa tanya Melki."

"Maafin aku, kalo selama ini aku kurang bisa terbuka. Atau komunikasi kita sedikit berkurang akhir-akhir ini. Aku sadar sama hal itu, tapi aku takut untuk bilang ke kamu bahkan temen-temenku. Kalo bukan karena kata-kata Melki mungkin aku masih gak siap kapan bisa ngomong kaya gini sama kamu."

Laras membenarkan posisinya, "intinya apa sih? Apa yang mau kamu sampaiin ke kita, sampai  buat kamu takut ungkapinnya?"

"Padahal kamu tau aku gimana Ga, aku pernah gak sih marah sama kamu? Sama semua keputusan kamu? Bahkan waktu aku dapet pesan gak jelas dari perempuan itu, aku selalu menyalahkan diri aku sendiri. Aku selalu merasa kurang untuk jadi pasangan kamu."

Arga menggeleng keras, ia menolak semua kata-kata Laras. Sebenarnya selama ini Arga-lah yang merasa sangat beruntung mendapatkan hati Laras, bagaimana bisa jadi seperti itu?

"Nggak Ras, gak begitu. Kamu gak pernah salah untuk jadi pacar aku, kamu gak ada kurang sedikitpun. Justru kamu yang selalu melengkapi semua kekurangan aku selama ini."

"Kamu tau? Gimana aku ngerasa beruntung banget pas tau kamu mau sama aku. Aku udah janji sama diri aku sendiri untuk jagain kamu sampai nanti kalo takdir hidupku udah berakhir."

***

Enda berjalan ke-dapur, mengambil air untuk teman-temannya. Namun saat ia tak sengaja mencium asap rokok, ia segera mengintip dari pintu.

Ia sedih, harus melihat Aby yang belakangan ini semakin sering merokok. Seperti yang diketahui, itu tanda jika dia sedang stress atau cemas akan sesuatu.

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang