VIII. Perasaan Lainnya

100 27 8
                                    

.

.

.

.

Ketukan tanpa henti pada pintu coklat berukir apik. Gadis dengan sebuah mangkuk susun di tangannya, menanti seseorang membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.

"Assalamualaikum,"

Wanita paruh baya menghampiri suara ketukan, "Eh Laras, ada apa nduk?"

"Eh Ibu," Laras mencium punggung tangan wanita di hadapannya.

"Ini Bu, Laras bawa bubur untuk Arga." Laras menunjukkan bawaannya.

"Oalah, sini masuk dulu." Ibu menuntun Laras masuk kedalam rumahnya.

"Arga lagi tidur kayanya deh, itu anak emang keras nduk. Tadi pagi Ibu udah bilangin gak usah masuk, tapi tetep ngeyel. Ibu denger seharian di UKS di temenin kamu ya?"

Laras sedikit canggung, rasanya ada yang beda saat ini. Padahal dulu ia sangat sering keluar masuk rumah ini, dengan atau tanpa izin pemiliknya.

"Tuh kamu samperin aja di kamar!"

"Eh? Laras titip ini aja Bu, gak usah masuk." Laras merasa tak enak jika harus memasuki kamar Arga.

"Gak apa-apa, sana kamu yang kasih. Siapa tau cepet sembuh kalo kamu yang nyamperin hehe."

Dengan ragu Laras melangkahkan kaki nya menuju kamar di sampingnya, dapat ia lihat Arga sedang meringkuk dengan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.

"Ga?" Laras semakin mendekatkan dirinya pada Arga.

"Masih sakit kepalanya?"

Tubuh Arga menggeliat, mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Ia membuka matanya perlahan, "Laras?" Arga sangat terkejut dengan kehadiran Laras di dalam kamar.

"Kamu ngapain?"

"Eh, i-ini aku bawa bubur buat kamu Ga." Laras menaikkan tangannya, menunjukkan apa yang ia bawa.

Laras menaruh bubur nya di atas nakas samping ranjang. "Nanti dimakan ya!"

Arga mengangguk, "Makasih ya,"

Laras segera meninggalkan kamar, ia tau diri. Tak enak jika harus berlama-lama di dalam kamar lelaki.

"Loh Ras, udahan? Arga bangun gak?" Ibu yang sedang duduk di ruang tamu, segera bangkit saat melihat Laras berjalan keluar.

"Iya Bu, bangun kok. Udah Laras kasih bubur nya, Laras pamit dulu ya Bu?" Laras mencium punggung tangan Ibu.

"Iya, terimakasih ya nak."

Laras meninggalkan rumah Arga, namun saat sampai di gerbang ia melihat Aby yang baru saja sampai.

"Laras?"

"Eh mas Aby, baru pulang mas?"

Aby mengangguk, "Iya nih, kamu ngapain?"

"Oh itu, aku abis anterin bubur untuk Arga. Dia kan sakit mas."

Aby terdiam, ada rasa mengganjal di hatinya namun ia belum berani untuk memastikan apa yang di rasakannya.

"Udah ya mas, Laras pulang dulu. Udah mau maghrib mas, Assalamualaikum." Laras meninggalkan pelataran, meninggalkan Aby yang hatinya tak karuan.

Seperti nya burjo dari nya akan sia-sia.

***

Hari Ujian Nasional tiba, Arga sudah berjuang semampunya untuk menghadapi soal-soal yang akan ia kerjakan. Bahkan beberapa hari sebelumnya ia menyempatkan belajar bersama teman-temannya juga ada Laras disana.

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang