XXXII. Pulang

33 13 4
                                    

.

.

.

Happy Reading^^

Tidak terasa sudah beberapa bulan terlewati tanpa kehadiran orang-orang yang dia kenal di sekitarnya.

Awalnya sulit untuk membaur dengan para trainee lainnya, namun Arga berusaha sebisa mungkin agar memiliki teman disini.

Hari-hari nya sangat berat.

Janji yang ia katakan akan pulang mungkin sebulan sekali itu sirna, club ini bukan mainan. Club yang dibilang biasa saja oleh Bima waktu itu, ternyata bohong. Arga memang tak mengetahui tentang hal seperti ini, karena menurutnya harapan untuk menjadi pembalap atau sekedar mengenyam pelatihan di tempat seperti ini adalah mustahil. Baginya cita-cita itu sudah ia kubur dalam-dalam.

Balap liar yang biasa ia lakukan-pun hanya untuk mendapatkan uang tambahan. Tidak lebih, lagi pula Arga tidak berani membayangkan lebih dari itu semenjak kepergian Bapak.

Tapi Tuhan mungkin mendengar do'a nya terdahulu yang sangat ingin menjadi pembalap. Hingga dipertemukan dengan Bima tanpa sengaja. Dan berakhir disini, di tempat yang tak pernah ia sangka-sangka menjadi kenyataan.

Di tempat yang menaungi para pemula juga tak jarang mereka adalah anak-anak orang berduit. Jujur saja, Arga minder dengan temn-teman lainnya yang menggunakan motor-motor bagus. Sementara dia? Dia dipinjami Bima untuk selama latihan.

Arga merasa banyak hutang budi dengan Bima, ia juga bersalah dulu sempat mengacuhkan pria itu.

Hari sudah gelap, terlihat jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Latihan mereka memang dimulai dari siang atau sore hari hingga malam. Maka tak jarang Arga jadi tidak sempat mengabari keluarga atau yang lainnya.

Apalagi jika sudah di sirkuit, Arga tidak akan bisa bermain ponsel. Dan itu pula yang membuat dirinya merasa bersalah, karena tidak dapat menepati janji nya sebelum berangkat ke tempat ini.

Arga terdiam, melihat ponselnya yang menampilkan beberapa pesan dari keluarga, teman dan juga kekasihnya.

Dia jadi teringat pesannya pada Laras, dia yang tidak ingin Laras memikirkan hal-hal negatif. Tapi dia juga yang sering membuat Laras yang pada dasarnya memiliki kebiasaan berpikir berlebihan itu menjadi khawatir akan dirinya.

Seseorang menepuk pundak Arga, dan menarik kursi plastik agar lebih dekat. Ia melihat wajah Arga yang terlihat lelah. "Gimana?"

Arga menoleh pada Bima, "Nggak gimana-gimana bang,"

"Capek." Lanjutnya.

Bima tersenyum, ia bisa merasakan apa yang anak itu rasakan. Karena dia lebih dulu berkecimpung di dunia seperti ini. Ia sangat paham bagaimana lelah dan memakan waktunya kegiatan ini. Namun semua akan terbayar jika sudah mencapai tujuannya.

"Nggak ada yang nggak capek Ga! Namanya juga ngejar cita-cita."

Arga mengangguk,

"Skill kamu udah meningkat jauh. Kalo beruntung kamu bisa ikutin kejuaraan tingkat daerah dulu lah ya."

Bima benar-benar bertanggung jawab atas Arga, karena dia yang membawa Arga kesini. Dia bukan hanya mencari orang lalu ditinggal begitu saja. Bima benar-benar ikut melatih disini.

Mungkin banyak yang bertanya, apakah Bima seorang pembalap atau pelatih? Jawabannya adalah dua-duanya.

Bima seorang pembalap yang cukup baik, bahkan sudah beberapa kali memenangkan kejuaraan. Tapi sayang, kecelakaan membuatnya tidak bisa bertanding lagi. Yang akhirnya ia putuskan untuk bekerja sebagai pelatih.

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang