XV. Berubah untuk memulai

77 22 21
                                    

.

.

.

.

Happy Reading^^

Menerima memang tak semudah ucap dan mengalah bukan berarti kalah, terkadang memang kita harus melakukan hal tersebut untuk kebaikan diri sendiri ataupun orang lain. Untuk memperbaiki hidup kedepannya harus ada langkah besar yang di ambil.

Arga benar-benar berusaha menerima kepergian orang yang paling di cintainya, orang yang selalu ia andalkan dan tempatnya mengadu.

Sekali lagi, menerima tak semudah itu.

Begitupun dengan Aby, Ia harus mengalahkan ego nya untuk hubungan yang lebih baik dengan Arga. Jika tak ada yang mau menurunkan ego, maka tak akan ada penyelesaian diantara mereka.

Mengalah juga untuk sosok yang dia inginkan, membiarkan perempuan tersebut dengan adiknya.

Dan tak lupa, bagaimana Enda, si bungsu yang harus menerima jika kesalahpahaman-nya dulu membuat ia harus mengakhiri hubungan dengan gadis yang masih ia sukai.

Mengalah dan menerima jika memang gadis nya sudah tak ingin lagi mengulang hubungan dengannya.

Kita tidak akan pernah tau apa yang dirasakan orang lain. Cause we don't walk in their shoes.

***

Siang ini, pria itu tengah sibuk dengan pekerjaannya. Menyelesaikan tiap laporan yang diberikan atasannya.

Bahkan Aby tak sempat barang semenit menggeser tubuhnya dari kursi.

"Mas? Gak istirahat?"

"Oh ngga Fan, banyak nih laporannya."

Wanita itu menyodorkan sebungkus roti dan segelas kopi, "Untuk ganjal perut mas."

Aby menoleh, melihat wajah Fani dengan cermat.

"Ma-mas? Ada apa?" Fani yang dipandang seperti itu jadi salah tingkah, wajahnya memerah.

Aby segera tersadar menggeleng, "Eh? Gak kok makasih ya Fan."

.

.

.

Aby terduduk di kursi dalam ruangan atasannya dengan berbagai pertanyaan. Bukan. Ini bukan tentang pekerjaan.

Jarvin, ia lebih tertarik dengan cerita Aby dan adiknya. Apakah telah usai pertengkaran mereka atau belum. Bukan kepo, Jarvin tak se-kepo itu dengan urusan orang lain. Namun ini adalah sahabatnya. Ia betul-betul peduli dengan keadaan Aby dan keluarganya.

"So? Udah kelar kan?"

Aby mengangguk, "Iyo wes kelar, aku wes njaluk maaf karo Arga. Yo bocah'e juga njaluk maaf karo aku. Alhamdulillah wes kelar."

(Iya udah selesai, aku udah minta maaf sama Arga. Dan anaknya juga minta maaf sama aku. Alhamdulillah udah kelar.)

"Oh syukurlah kalo gitu,"

"Tapi By, kaya nya tadi aku liat ada yang mandangin Fani deh. Pas di kasih makanan." Jarvin menunjukkan ekspresi bak berpikir, sambil mengusap dagunya dengan telunjuk dan jempolnya.

Aby segera beranjak dari kursi nya, "Sudah Pak? Tidak ada lagi? Saya pamit Pak."

Aby melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang