XI. Terimakasih

90 24 46
                                    

.

.

.

.

Happy Reading^^

Detak jarum jam mengisi ruangan yang begitu hening dan seseorang duduk disana. Ditemani segelas kopi hitam juga rokok di jarinya, ia menunggu yang belum juga kembali.

Kentara sekali kecemasan pada wajahnya, berkali-kali ia melihat jam dan ponselnya bergantian. Melihat ruang obrolan yang tak kunjung ada perubahan setelah satu jam yang lalu hanya dibaca pesan terakhirnya.

"Ini udah malem Ga, kenapa gak pulang-pulang?"

Aby telah menghubungi Laras, menanyakan apakah dirinya sudah kembali kerumah atau belum. Nyata-nya Laras telah kembali ke rumahnya sejam yang lalu.

Ia tak memiliki kontak teman-teman Arga. Dan mulai tersadar, apakah benar jika dirinya tak seperhatian itu dengan adiknya? Apakah benar jika dirinya begitu acuh dengan Arga?

Hatinya semakin merasa bersalah, ia ingat kembali semua perlakuannya terhadap Arga yang memang tak begitu dekat. Itu semua mungkin karena dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hanya mendengar hal buruk tentang adiknya dari orang sekitar.

Enda terbangun, melihat sang kakak yang masih berada diruang tamu sendirian dan ia lihat jam yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi membuatnya semakin khawatir.

"Mas," Enda mendekati sang kakak.

"Istirahat aja, aku yakin mas Arga gak kenapa-kenapa. Mungkin dia dirumah temennya, dia butuh waktu sendiri."

Aby segera mematikan kebulan asap di selipan jari, 

Adik-adiknya sangat tau, Jika Aby akan merokok saat dirinya benar-benar dalam keadaan tertekan atau sedang memiliki masalah.

"Gak apa-apa Nda. Mas masih mau nunggu."

"Tapi besok mas Aby harus kerja, nanti malah gak konsen di kantor. Terus bisa sakit mas!"

Aby mengusap pucuk kepala adiknya dan tersenyum, 

Cukup lama ia hanya diam memperhatikan adik bungsunya.

"Mas, jangan gini. Enda takut!"

Aby terkekeh kecil, "Maaf ya Nda, mas belum berhasil bahkan jauh dari kata sempurna untuk jadi seorang kakak." Buliran air menetes diujung matanya.

***

Lelaki jangkung itu hanya berpura-pura menuju rumahnya. Karena nyatanya saat sang gadis telah memasuki kediamannya, ia segera pergi dari sana. Entah awalnya ia tak memiliki tujuan. Dia hanya mengikuti kemana motornya akan berjalan,  dan disinilah Arga saat ini. Warung burjo mas Bagio yang memang buka dua puluh empat jam.

Ia pun tak lupa meminta maaf kepada sang pemilik warung atas kejadian siang tadi, ia memilih duduk di pojok dengan segelas susu jahe hangat didepannya. Cukup lama ia hanya memandangi minumannya.

"Butuh tempat buat tidur gak?"

Seseorang datang dan menepuk Arga, Arga cukup hafal dengan suara itu. Sebelum benar-benar menoleh ia telah menebak dan betul saja, "Mel?"

"Tau darimana?"

Melki menunjuk mas Bagio dengan dagunya, "Tuh!"

Arga terlihat bingung, "Kamu lupa? mas Bagio punya nomor kita kan?"

Sementara mas Bagio hanya tersenyum tipis, tak enak dengan Arga. Namun ia juga kasian melihat anak itu.

"Udah, jangan marah sama dia!"

Lose You || Lucas Wong✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang