"kalian duluan aja, gua mau ke perpus dulu buat pinjem buku." Elana berucap kepada Ola dan Prisa.
Kedua temannya kemudian mengangguk mengerti lalu pergi berpisah dengan dia. Mereka bertiga telah menyelesaikan istirahat makan siang mereka.
Elana berjalan menuju tempat dimana terdapat banyak buku disana. Elana memang sangat suka mengisi waktu luang nya dengan membaca.
Jika kalian berfikir yang ia baca adalah buku pelajaran, kalian salah. Elana tidak se ambisius itu. Buku yang ia baca adalah buku fiksi. Novel remaja yang berisi roman picisan. Alurnya klise tapi Elana sangat suka.
Pintu ruangan itu dibuka oleh Elana. Ia melihat seorang penjaga yang sedang sibuk menatap ke layar komputer.
Elana lalu berjalan menelusuri rak-rak yang berisi buku dengan genre fiksi remaja seperti yang dia sukai.
Disisi lain, seorang cowok baru saja masuk kemudian berjalan ke arah meja penjaga.
"Pak saya mau balikin buku minggu kemarin. Sama sekalian mau pinjem lagi, saya keliling dulu."
Cowok itu berjalan menelusuri rak-rak berisi buku sejarah. Dia suka mempelajari kisah masa lalu.
Baginya, masa lalu itu adalah pelajaran yang dapat ia pakai di masa depan.
Bruk
"Aduh!"
Suara rintihan orang membuat dia terdiam.
Cowok itu berjalan mengikuti arah sumber suara. Suasana perpustakaan hari ini tidak ramai. Hanya terlihat segelintir orang yang sibuk dengan urusannya.
Tapi entah kenapa suara itu menarik perhatian dia. Seakan ada magnet yang membuat dia memutuskan untuk menghampirinya.
"Aduh ilah pake jatoh segala sih!"
Dia melihat seorang gadis sedang sibuk mengomel dengan beberapa buku yang jatuh di atas lantai.
Ia kemudian berjongkok untuk membantu mengembalikan buku-buku tersebut. Tidak menyadari siapa gadis yang sempat membuat berantakan itu.
"Maka-.. lah lo?" Ujar nya terkejut sambil menunjuk ke arahnya.
Yang ditunjuk pun menyeritkan dahi bingung kemudian berusaha mengingat siapa orang dihadapannya karena ia merasa familiar.
"Lo sekolah disini?" Ujarnya lagi.
Ah dia ingat. Gadis ini adalah gadis yang bertemu dengan dia kemarin di kedai pojok. Si gadis bawel yang selalu mempersalahkan banyak hal.
"Oh gadis ribet."
"Apa lo bilang? Gadis ribet? Nyebelin ya lo."
Ia melihat name-tag yang tertempel di baju gadis itu. Bertuliskan 'Elana Isvara M.'
Ia tidak pernah mengenal yang namanya Elana. Entah karena gadis itu tidak populer atau memang dia yang jarang berinteraksi dengan orang sehingga tidak mengenal teman-teman nya.
"Ngapain lo liat ke arah dada gua? Mesum ya lo dasar!"
"Bisa gak sih gak usah berisik? Ini perpustakaan. Dan satu lagi, saya gak mesum."
"Ya mana ada sih maling yang mau ngaku? Gua laporin ya lo ke KPI." Ucapan Elana itu membuatnya berpikir sejenak.
"KPI?" ulangnya.
"Iya yang bela perempuan dan anak."
"Itu bukan KPI. KPI itu Komisi Penyiaran Indonesia. Yang bela perempuan dan Anak itu KPAI."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Teen FictionSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...